Selasa, 19 Januari 2010

DISAMBI KARO NGOPI LAN UDUD BARENG NONGKRONG KARO CAK LEMBU SORO

"Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak" (Ar-Rahman: 37)











Tawassul

Yaa sayyid as-Saadaat wa Nuur al-Mawjuudaat, yaa man huwaal-malja’u liman massahu dhaymun wa ghammun wa alam.Yaa Aqrab al-wasaa’ili ila-Allahi ta’aalaa wa yaa Aqwal mustanad, attawasalu ilaa janaabika-l-a‘zham bi-hadzihi-s-saadaati, wa ahlillaah, wa Ahli Baytika-l-Kiraam, li daf’i dhurrin laa yudfa’u illaa bi wasithatik, wa raf’i dhaymin laa yurfa’u illaa bi-dalaalatik, bi Sayyidii wa Mawlay, yaa Sayyidi, yaa Rasuulallaah:

(1) Nabi Muhammad ibn Abd Allah Salla Allahu ’alayhi wa alihi wa sallam
(2) Abu Bakr as-Siddiq radiya-l-Lahu ’anh
(3) Salman al-Farsi radiya-l-Lahu ’anh
(4) Qassim ibn Muhammad ibn Abu Bakr qaddasa-l-Lahu sirrah
(5) Ja’far as-Sadiq alayhi-s-salam
(6) Tayfur Abu Yazid al-Bistami radiya-l-Lahu ’anh
(7) Abul Hassan ’Ali al-Kharqani qaddasa-l-Lahu sirrah
(8) Abu ’Ali al-Farmadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(9) Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadani qaddasa-l-Lahu sirrah
(10) Abul Abbas al-Khidr alayhi-s-salam
(11) Abdul Khaliq al-Ghujdawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(12) ’Arif ar-Riwakri qaddasa-l-Lahu sirrah
(13) Khwaja Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(14) ’Ali ar-Ramitani qaddasa-l-Lahu sirrah
(15) Muhammad Baba as-Samasi qaddasa-l-Lahu sirrah
(16) as-Sayyid Amir Kulal qaddasa-l-Lahu sirrah
(17) Muhammad Bahaa’uddin Shah Naqshband qaddasa-l-Lahu sirrah
(18) ‘Ala’uddin al-Bukhari al-Attar qaddasa-l-Lahu sirrah
(19) Ya’quub al-Charkhi qaddasa-l-Lahu sirrah
(20) Ubaydullah al-Ahrar qaddasa-l-Lahu sirrah
(21) Muhammad az-Zahid qaddasa-l-Lahu sirrah
(22) Darwish Muhammad qaddasa-l-Lahu sirrah
(23) Muhammad Khwaja al-Amkanaki qaddasa-l-Lahu sirrah
(24) Muhammad al-Baqi bi-l-Lah qaddasa-l-Lahu sirrah
(25) Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi qaddasa-l-Lahu sirrah
(26) Muhammad al-Ma’sum qaddasa-l-Lahu sirrah
(27) Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi qaddasa-l-Lahu sirrah
(28) as-Sayyid Nur Muhammad al-Badawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(29) Shamsuddin Habib Allah qaddasa-l-Lahu sirrah
(30) ‘Abdullah ad-Dahlawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(31) Syekh Khalid al-Baghdadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(32) Syekh Ismaa’il Muhammad ash-Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(33) Khas Muhammad Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(34) Syekh Muhammad Effendi al-Yaraghi qaddasa-l-Lahu sirrah
(35) Sayyid Jamaaluddiin al-Ghumuuqi al-Husayni qaddasa-l-Lahu sirrah
(36) Abuu Ahmad as-Sughuuri qaddasa-l-Lahu sirrah
(37) Abuu Muhammad al-Madanii qaddasa-l-Lahu sirrah
(38) Sayyidina Syekh Syarafuddin ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(39) Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh ‘Abd Allaah al-Fa’iz ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(40) Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh Muhammad Nazhim al-Haqqaani qaddasa-l-Lahu sirrah

Syahaamatu Fardaani
Yuusuf ash-Shiddiiq
‘Abdur Ra’uuf al-Yamaani
Imaamul ‘Arifin Amaanul Haqq
Lisaanul Mutakallimiin ‘Aunullaah as-Sakhaawii
Aarif at-Tayyaar al-Ma’ruuf bi-Mulhaan
Burhaanul Kuramaa’ Ghawtsul Anaam
Yaa Shaahibaz Zaman Sayyidanaa Mahdi Alaihis Salaam
wa yaa Shahibal `Unshur Sayyidanaa Khidr Alaihis Salaam

Yaa Budalla
Yaa Nujaba
Yaa Nuqaba
Yaa Awtad
Yaa Akhyar
Yaa A’Immatal Arba’a
Yaa Malaaikatu fi samaawaati wal ardh
Yaa Awliya Allaah
Yaa Saadaat an-Naqsybandi

Rijaalallaah a’inunna bi’aunillaah waquunuu ‘awnallana bi-Llah, a’sa nahdha bi-fadhlillah .
Al-Faatihah













































Mawlana Shaykh Qabbani

www.nurmuhammad.com |

As-Sayed Nurjan MirAhmadi

INFO Kunjungan Syekh Hisyam Kabbani ke Indonesia

More Mawlana's Visitting











Durood Shareef Collection

More...
Teks...
Attach...
Audio...
Info...
Academy...
أفضل الصلوات على سيد السادات للنبهاني.doc.rar
كنوز الاسرار فى الصلاة على النبي المختار وعلى آله الأبرار.rar
كيفية الوصول لرؤية سيدنا الرسول محمد صلى الله عليه وسلم

















C E R M I N * R A H S A * E L I N G * W A S P A D A

Rabu, 16 April 2008

Filosofi Semar dalam Kebudayaan Jawa



Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.

Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya

* Bebadra = Membangun sarana dari dasar

* Naya = Nayaka = Utusan mangrasul


Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi
kesejahteraan manusia

Javanologi : Semar = Haseming samar-samar

Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan


Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan
kirinya kebelakang. Maknanya : "Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan
simbul Sang Maha Tunggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan
mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik".

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel =
keteguhan jiwa.

Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak
mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan. Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
semar


Semar barjalan menghadap keatas maknanya : "dalam perjalanan anak manusia
perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ), yang maha pengasih serta penyayang umat".

Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia), agar memayuhayuning bawono : menegakan keadilan dan kebenaran di bumi

Ciri sosok semar adalah

* Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua

* Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan

* Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa

* Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok

* Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya


Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan
yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya
kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas, dimengerti dan dihayati sampai
dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .

Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.

Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :

Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika
artinya "merdekanya jiwa dan sukma", maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh
hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai
oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing
kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : "dalam menguji
budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan
hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup".

sumber : http://opensource.opencrack.or.id/
index.php?option=com_content&task=view&id=102&Itemid=43
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

14 Prinsip Hidup Jawa

14 Prinsip Hidup Jawa Nov 6, '06 2:11 AM
for everyone
Dapat dari seorang teman, 14 prinsip hidup Jawa yang menurut saya menarik untuk dapat dihayati dan diamalkan. Selamat menikmati :)

==

14 Prinsip Hidup Jawa

1. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

2. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

3. Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli (Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi)

4. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

5. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

6. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jjangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi).

7. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

8. Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).

9. Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah (Yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah).

10. Sing Prihatin Bakal Memimpin (Siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin).

11. Sing Resik Uripe Bakal Mulya (Siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya).

12. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat).

13. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (Keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera).

14. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

sumber : http://wikan.multiply.com/journal/item/67/14_Prinsip_Hidup_Jawa
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Laksita Jati

Laksita Jati PDF Print E-mail
Written by Administrator
Wednesday, 19 March 2008 10:42

Amratelakaken lampah pangluluhaning raga supados yen kita pejah, badan kita wadhag saged nunggil kaliyan badan kita ingkang alus, kasebut badan rohani utawi badan suksma. Menggah janjinipun, badhan wadhag lan alus punika boten kenging pisah, sangkan paranipun anunggil kahanan jati.


Ing tembe badahn wadag punika luluh sampurna wonten salebeting badan alus, kalimputan dening kayu dhahim, tegesipun: gesang kang tetep dumunung ing kahanan kita pribadi, mila dipun pralambangi Warangka Manjing Curiga (badan wadhag dumunung salebeting badhan alus). Nalika badhan wadhag taksih dados embananing badan alus, pralambangipun Curiga Manjing Warangka (badan alus teksih dumunung wonten badan wadag). Mila lajeng wonten andhah-andhahing babasan makaten:

* Jasad embaning budi.
* Budi embaning nafsu.
* Nafsu embaning karsa
* Karsa embaning suksma.
* Suksma embaning rasa.
* Rasa embaning cipta
* Cipta embaning kawasa.
* Kawasa embaning wisesa.

Wondene pangluluhaning badan wadhag wau kalampahanipun kedah ameper saliring hawa nafsu sarta anglampahana budi: rila, legawa, trima, temen bener, susila lan utami. Punapa dene tansah anyipta ajal antukna makaten:

* Jasad bumi alam kabeh sumusupa marang badan.
* Badan sumusupa marang budi.
* Nafsu sumusupa marang nyawa.
* Nyawa sumusupa marang rasa.
* Rasa sumusupa marang cahya.
* Cahya sumusupa marang atma.
* Atma sumusupa marang ingsun.
* Ingsun jumeneng pribadi.

Kajawi punika kedah nyegah lampah pitung prakawis, kados ta:

* Sampun caroba, nanging kedah taberi sesuci.
* Sampun anguja dhahar, nanging dhahara yen sampun luwe.
* Sampun angembong unjukan, nanging ngunjuka manawi sampun ngelak.
* Sampun karem nendra, nanging tilema manawi sampun arip.
* Sampun receh ing wicara, nanging ngendika'a janji angen wahyaning mangsakala.
* Sampun anguja karesmen, nanging sanggama'a manawi sampun kangen sanget.
* Sampun tansah ambibingah penggalih, sanayan kasukan inggih angger boten tilar ing dugi prayogi, muhung angladosi angarah suka pinarenganing para mitra.

Makaten ugi ing ngagesang sampun ngantos kasandhangan pangrencana wolung prakawis:

* Angumbar hawa nafsu.
* Anguja suka-suka.
* Dora paracidra tindak panganiaya.
* Ulah resah.
* Lampah nistha.
* Tingkah deksura.
* Kesed sungkanan sabarang karya.
* Lumuh nastapa pujabrata.

Mila makaten margi kalakuaning ngagesang punika kados kumandhang upaminipun, punapa pandamel ingkang katandukaken ing liyan sayekti badhe tumempuh dhateng badanipun piyambak. Sayoginipun tiyang gesang kedah anglampahana tapa brata kados ing ngandhap punika:
Tapaning badan: kedah anoraga lan taberi ulah pandamel sae.

* Tapaning manah: narima lan sepen pangangsa-angsa gunging pakarti durhaka.
* Tapaning nafsu: rila lan sabar ing coba bilahi sarta ngapuntenana kalepataning liyan.
* Tapaning suksma: temen lan boten dhaweh panasten.
* Tapaning rasa: rereh sabaring karsa miwah agung ing panalangsa.
* Tapaning cahya: eneng-ening tegesipun eneng santosaning pangesti, ening pelenging paningal. Tapaning gesang: awas sarta emut.

Utaminipun anglampahana saungeling babasan kados ing ngandhap punika:

* Katimbang turu, becik tangi.
* Katimbang tangi, becik melek.
* Katimbang melek, becik lungguh.
* Katimbang lungguh, becik ngadeg.
* Katimbang ngadeg, becik lumaku.

Wondene prayoginipun sadaya lampah punika den saged anyamun, sampun ngantos kawistara, sarta tansah prayitna ing gesangipun, sarana amatrapna makaten:

* Solahbawa den angkah-angkah.
* Wedaling wicara den irih-irih.
* Pasanging ulat den amanis

Inggih makaten punika sajatining tata krami, dene sampurnaning lampah wau, empanipun animbanga ing empan papan, patrapipun sampun tilar ing dugi prayogi.

sumber : http://www.jiwantoro.com/index.php/Artikel/
Budaya%20Jawa/2-Jawa/47-Laksita%20Jati
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Wirid Wirayat Jati

Wirid Wirayat Jati PDF Print E-mail
Written by Administrator
Wednesday, 19 March 2008 10:25

Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji.



Inilah sebuah petunujuk yang benar yang menjelaskan tentang ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari ajaran para ahli hikmah di tanah Jawa, yang hendak membuka hakikat kesempurnaan sejati, sebuah pelajaran dari kitab Tasawuf, tersingkapnya ajaran ini terpancar dari kebersihan jiwa heningnya alam pikiran, yaitu tanggapnya rasa atas cipta Tuhan, dengan ihlash mengawali pelajaran ini yakni dengan menukil Firman Allah kepada Nabi Musa AS yang bermakna : Yang sebenar- benar manusia itu adalah kenyataan (adanya) Tuhan, dan Tuhan itu Maha Esa.

Pangandikaning Pangeran ingkang makatên wau, inggih punika ingkang kawêdharakên dening para gurunadi dhatêng para ingkang sami katarimah puruitanipun. Dene wontên kawruh wau, lajêng kadhapuk 8 papangkatan, sarta pamêjanganipun sarana kawisikakên ing talingan kiwa. Mangêrtosipun asung pêpengêt bilih wêdharing kawruh kasampurnan, punika botên kenging kawêjangakên dhatêng sok tiyanga, dene kengingipun kawêjangakên, namung dhatêng tiyang ingkang sampun pinaringan ilhaming Pangeran, têgêsipun tiyang ingkang sampun tinarbuka papadhanging budi pangangên-angênipun (ciptanipun).

Firman Allah yang demikian ini yang diajarkan oleh para ahli (mursyid) kepada sesiapa yang diterima penghambaannya(salik). Dimana ajaran itu, kemudian teringkas menjadi 8 hal, penyampaiannya dengan cara membisikkan ke telinga murid sebelah kiri. Pemahaman semacan ini memberikan pengertian bahwa ilmu ‘kasampurnan’ ini tidak seyogyanya diajarkan kepada sembarang orang, kecuali kepada orang-orang yang telah mendapat hidayah dari Allah SWT, artinya orang yang telah tercerahkan dirinya (ciptanya).

Awit saking punika, pramila ingkang sami kasdu maos sêrat punika sayuginipun sinêmbuha nunuwun ing Pangeran, murih tinarbuka ciptaning sagêd anampeni saha angêcupi suraosing wejangan punika, awit suraosipun pancen kapara nyata yen saklangkung gawat. Mila kasêmbadanipun sagêd angêcupi punapa suraosing wêjangan punika, inggih muhung dumunung ing ndalêm raosing cipta kemawon.

Maka dari itu, barang siapa yang sudi membaca tulisan ini seyogyanya berlandaskan permohonan kepada Allah, agar kiranya dapat terbuka ciptanya hingga mampu menerima dan memahami maknanya, karena makna dari ajaran ini ternyata sangat rumit/berbahaya. Maka bisanya memahami ajaran ini tidak lain hanya berada di dalam cipta - rasa pribadi.

Mila inggih botên kenging kangge wiraosan kaliyan tiyang ingkang dereng nunggil raos, inggih ingkang dereng kêparêng angsal ilhaming Pangeran. Hewa dene sanadyana kangge wiraosing kaliyan tiyang ingkang dereng nunggil raos, wêdaling pangandika ugi mawia dudugi lan pramayogi, mangêrtosipun kêdah angen mangsa lan êmpan papan saha sinamun ing lulungidaning basa.

Maka tidak boleh kiranya untuk didiskusikan dengan orang yang belum sapai atau belum mengunggal rasanya dengan kita, yaitu orang yang belum menerima hidayah dari Allah SWT. Walau demikian seandainya harus disampaikan kepada orang yang belum sampai, hendaknya disampaikan dengan sangat hati-hati, melihat situasi- kondisi, waktu dan tempat yang tepat serta disampaikan dengan kiasan bahasa yang indah.

Mênggah wontêning wêwêjangan 8 pangkat wau, kados ing ngandhap punika:

Delapan wejangan tersebut di atas, sebagaimana di bawah ini:

I, 1. Wêwêjangan ingkang rumiyin, dipun wastani: pitêdahan wahananing Pangeran, sasadan pangandikanipun Pangeran dhatêng Nabi Mohammad s.a.w. Makatên pangandikanipun: Sajatine ora ana apa-apa, awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhihin iku ingsun, ora ana Pangeran anging ingsun sajatine kang urip luwih suci, anartani warna aran lan pakartiningsun (dat, sipat, asma, afngal).

I. 1 Wejangan yang pertama, disebut pelajaran akan sifat-sifat Allah. Sebagaimana firman Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang bermakna kurang lebih begini: Sesungguhnya tidak ada apa-apa tatkala sebelum masa penciptaan, yang ada (paling awal) itu hanya Aku, tidak ada Tuhan kecuali Aku yang Hidup dan Maha Suci baik asma maupun sifatKu (dzat, sifat, asma, af’al).

I, 2. Mênggah dunungipun makatên: kang binasakake angandika ora ana Pangeran anging ingsun, sajatine urip kang luwih suci, sajatosipun inggih gêsang kita punika rinasuk dening Pangeran kita, mênggahing warna nama lan pakarti kita, punika sadaya saking purbawisesaning Pangeran kita, inggih kang sinuksma, têtêp tintêtêpan, inggih kang misesa, inggih kang manuksma, umpami surya lan sunaripun, mabên lan manisipun, sayêkti botên sagêd den pisaha.

I. 2. Yang dimaksud begini: Yang digambarkan tiada tuhan kecuali aku, hakekat hidup yang suci, sesungguhnya hidup kita ini adalah melambangkan citra Allah, sedang nama dan perbuatan kita itu semua berasal dari Kemahakuasaaan Allah, yang ‘menyatu’ ibarat matahari dan sinarnya, madu dengan manisnya, sungguh tiada terpisahkan.

II, 1. Wêwêjangan ingkang kaping kalih, dipun wastani: Pambuka kahananing Pangeran, pamêjangipun amarahakên papangkatan adêging gêsang kita dumunung ing dalêm 7 kahanan, sasadan pangandikanipun Pangeran dhatêng Nabi Mohammad s.a.w. Makatên pangandikanipun: Satuhune ingsun Pangeran sajati, lan kawasan anitahakên sawiji-wiji, dadi padha sanalika saka karsa lan pêpêsteningsun, ing kono kanyatahane gumêlaring karsa lan pakartiningsun, kang dadi pratandha.

II.1 Wejangan yang kedua adalah : Pengertian adanya Allah., Wejangan ini mengajarkan bahwa elemen hidup kita ini berada pada 7 keadaan, sebagaimana firman Allah kepada Muhammad SAW yang maknanya begini: Sesungguhnya Aku adalah Allah, yang berkuasa menciptakan segala sesuatu dengan kun fa yakun dari qodrat dan iradatKu, yang demikian ini menjadi pertanda bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

II, 2. Kang dhihin, ingsun gumana ing dalêm awang-uwung kang tanpa wiwitan tanpa wêkasan, iya iku alam ingsun kang maksih piningit.

II.2. Yang pertama, Aku ada dalam ketiadaan yang tanpa awal serta tanpa akhir, itulah alamKu yang Maha Gaib.

II, 3. Kapindho, ingsun anganakake cahya minangka panuksmaningsun dumunung ana ing alam pasênêdaningsun.

II, 3. Kedua, Aku mengadakan cahaya sebagai manifestasiKu, berada dalam kehendakKu.

II, 4. Kaping têlu, ingsun anganakake wawayangan minangka panuksma lan dadi rahsaningsun, dumunung ana ing alam pambabaraning wiji.

II, 4. Ketiga, Aku menciptakan bayang-bayang sebagai pertanda citraKu, yang berada pada alam kejadian/penciptaan (mula-jadi).

II, 5. Kaping pat, ingsun anganakake suksma minangka dadi pratandha kauripaningsun, dumunung ana ing alaming gêtih.

II. 5. Keempat, Aku mengadakan ruh sebagai pertanda hidupku, yang berada pada darah.

II, 6. Kaping lima, ingsun anganakake angên-angên kang uga dadi warnaningsun, ana ing dalêm alam kang lagi kêna kaumpamaake bae.

II, 6. Kelima, Aku mengadakan angan-angan yang juga menjadi sifatku, yang berada pada alam yang baru boleh diumpamakan saja.

II, 7. Kaping ênêm, ingsun anganakake budi, kang minangka kanyatahan pêncaring angên-angên kang dumunung ana ing dalêm alaming badan alus.

II, 7. Keenam, Aku mengadakan budi, yang merupakan kenyataan penjabaran angan- angan yang berada pada alam ruhani.

II, 8. Kaping pitu, ingsun anggêlar warana kang minangka kakandhangan sakabehing paserenaningsun. Kasêbut nêm prakara ing dhuwur mau tumitah ana ing donya iya iku sajatining manungsa.

II, 8. Ketujuh, aku menggelar akal sebagai sentral/wadah atas semua ciptaanku. Enam perkara tersebut di atas tercipta di dunia yang merupakan hakikat manusia.

*Wirayat Jati, Raden Ngabehi Ranggawarsita, Kapethil saking serat Jawi Kandha ing Surakarta Hadiningrat tahun 1908
Last Updated ( Wednesday, 19 March 2008 10:42 )

sumber : http://www.jiwantoro.com/index.php/Artikel/Budaya%20Jawa/2-Jawa/
45-Wirid%20Wirayat%20Jati
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Selasa, 15 April 2008

Sedulur Songo

sedulur 4 kalimo pacer adalah:
1. Kakang kawah = ibu jari = Bayu Sejati = air
2. Kakang darah = telunjuk = Pangaribowo = api
3. Pancer = jari tengah = Wujud manusia (diri) = wujudullah
4. Adik ari-ari = jari manis = Prabowo = tanah
5. Tali pusar = kelingking = Kamayan = angin

Pancer sendiri didalamnya terkandung 4 unsur Ke-illahi-anNya, yaitu:

1. Sirrullah
2. Dzatullah
3. Sifatullah
4. Kodratullah

Ke 9 saudara memang bisa memberikan gerak, bisa diajak berkomunikasi dan bahkan bisa dan memang berujud dan bisa dirasakan keberadaannya didalam diri kita.

sumber : mang dipo

A)
1.Marifatulllah
Dari huruf HA à Telunjuk dan ibu jari -- > Hawa dan rasa -- > Bumi à Af’al -- > Kelakuan -- > Marifatullah

2. Hakekatullah
Dari LAM AKHIR à Jari tengah –> Darah -- > Api à Asma à Nama -- > Hakekatullah

3. Tarekatullah
Dari LAM AWAL -- > Jari manis -- > Liur -- > Air -- > Sifat -- > Rupa -- > Tarekatullah

4. Syari’atullah
Dari ALIF à Jari Kelingking à Nafas -- > Angin -- > Dzat à Diri -- > Syari’atullah

Nafas yang keluar = Mati
Nafas yang masuk = Hidup
Isi napas = Dzat pada diriku , sifat pada rupaku, Asma pada namaku, Af’al pada kelakuanku.


B)
WAHDIAT : Zat Allah – Wujud kita – diri Muhammad
WAHDAT : Sifat Allah – Diri kita – rupa Muhammad
AHDIAT : nama kita – Alam Allah – nama Muhammad

sumber : ageng maruto

----------spiritual-indonesia@yahoogroups.com
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

TAROT DALAM PETA DAN POLA JIWA KALACAKRA

TAROT DALAM PETA DAN POLA JIWA KALACAKRA
Oleh Ani Sekarningsih - 3 Des 2003


TAROT DALAM PETA DAN POLA JIWA KALACAKRA
Oleh Ani Sekarningsih - 3 Des 2003


Karya sastra Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu telah mengilhami saya untuk menciptakan sebuah bagan yang merupakan peta dan pola jiwa menurut keilmuan tarot yang sekali gus disempurnakan dengan carakan walik.



1. Roh Suci - Cakra Mahkota 2. Dzatullah - Cakra mata ketiga (maskulin) 3. Sirullah - Cakra Mata Ketiga (feminin) 4. Sifatullah - Cakra Tenggerokan 5. Wujudullah - Cakra Tenggerokan 6. Kamayan - Cakra Jantung 7. Prabowo - Cakra Pusar 8. Pangaribowo - Cakra pusar 9. Kodratullah - Cakra Kemaluan 10.Bayu Sejati - Cakra Dasar 11.Kharomah - titik pusat di antara Dzatullah, Sirullah, Sifatullah, dan Wujudullah

Penjabaran Peta Jiwa Kalacakra.

10. BAYU SEJATI, tubuh dan sensasi; perwujudan segala sesuatu yang membumi. Pusat hidup keseharian anda, yang memuat empat elemen: api, air, udara, dan bumi. Atauyang juga dapat diuraikan sebagai luwamah, amarah, supiah, mutmainah), yaitu pemicu timbulnya aneka macam keinginan. Hasil secara fisik atau dimaknai sebagai kendaraan. Lingkungan. Rumah, Tubuh. Perasaan dan pengertian. Apakah yang menjadi titik pusat yang mendasari Anda? Bagaimana caranya hal itu secara fisik memanifestasi Anda? Bagaimana suasananya?

Cakra dasar. Daya kekuatan tenaga kekuasaan Allah. Energi Kundalini. Pusat lauwamah, amarah, supiah, dan mutmainah. Empat warna menurut ritual Jawa: merah (sirullah), putih (dzatullah), hijau lumut (wujulullah), kuning (air)

Hurufnya: nga, ta
Nga, Ngracut busono ning manungso
Ta, thukul soko niat

9. KODRATULLAH, dasar, Bulan. Zat dasar kesadaran, ide-ide cemerlang, impian, khayalan, gairah. Kegiatan kemampuan pada unsur-unsur kegaiban, dan tembus pandang. Dasar masa silam, atau karma. Kebiasaan-kebiasaan. Kumpulan bawah sadar. Bagaiimana gairah Anda dalam keadaan tersebut? Apa yang terjadi dalam dunia astral, yakni dalam alam bawah sadar Anda? Apa dasar kesadaran Anda? Kegaiban apa, atau kegiatan tembus pandang apa yang mempengaruhi Anda?

Cakra kemaluan. Bayangan Rahsa Jati. Kekuatan dan keindahan. Syahwat. Warnanya ungu.

Hurufnya ba, ga.
Ba, Bayu Sejati kang andalani
Ga, Guru Sejati kang muruki

8. PANGARIBOWO, kemegahan, Mercury. Apa yang kamu pikirkan. Ilmu mantik. Kecerdasan, penalaran. Pengetahuan benar dan palsu. Yaitu tempat disimpannya hukum-hukum moral dan kebenaran. Ekspresi pengungkapan lisan, dan berkomunikasi. Perajin. Ilmuwan. Peneliti. Perencana. Teknologi. Perencanaan. Ambisi. Kemampuan menaklukkan. Sihir. Perlambang dan kiasan. Penuh akal. Jahil dan senang menggrecoki Bagaimana Anda berpikir dan berkomunikasi? Bagaimana Anda menggunakan pengetahuan kekuatan gaib Anda? Kebenaran apakah dari perihal tersebut dan apakah hal itu dinyatakan secara gamblang?

Cakra pusar. Bayangan Roh Suci. Angan-angan. Daya cipta. Ilmu mantik. Moral. Kemegahan. Warnanya oranye.

Hurufnya ya, ja.
Ya, Yen rumonso tanpo kirono
Ja, Jumbuhing kawulo Gusti

7. PRABOWO, perasaan, mencapai kemenangan, Venus. Apa yang kamu cintai. Keinginan-keinginan di belakang motivasi dan semangat. Ilham. Perasaan-perasaan suka dan tidak suka. Kemitraan dengan orang lain, terutama yang berhubungan dengan kelamin. Kenikmatan berkesenian dan hawa napsu. Menemukan keindahan. Perasaan-perasaan. Penghargaan. - erat hubungannya dengan titik solar pleksus) Kehendak apakah yang berada di belakang motivasi-motivasi Anda? Bagaimana hubungan Anda dengan orangt-orang lain? Apakah yang Anda cintai? Bagaimana Anda melihat dan merasakan pengalaman keindahan dan kenikmatan?

Cakra pusar. Bayangan Guru Sejati. Penalaran. Komunikasi. Daya kekuatan gaib. Pemahaman kenikmatan dan keindahan. Warnanya hijau dalam spiritual Jawa.

Hurufnya ma, nya
Ma, Mati biso bali
Nya, Nyoto tanpo mata, ngerti tanpo diwuruki.

6. KAMAYAN, keindahan, cinta - erat hubungannya dengan cakra jantung. Planet Matahari Apakah inti permasalahan yang Anda hadapi? Bagaimana kesehatan dan stamina Anda? Apakah cita-cita dan kecenderungan minat Anda? Bagaimana orang melihat Anda?

Cakra jantung. Bayangan Allah. Cinta tanpa pamrih. Warnanya kuning kemilau dalam spiritual Jawa.

Hurufnya, da pa
Da, Dhuwur pungkasane, endhek wiwitane
Pa, papan tanpo kiblat

5. WUJUDULLAH, letak kemauan, kekuatan dan semangat. Saturnus. Bagaimana Anda menghadapi setiap tantangan, hambatan, frustrasi dan ketidak selarasan? Apakah kebiasaan-kebiasaan jelek yang harus dihilangkan dan kendala yang harus Anda atasi? Di mana Anda melampiaskan sifat agresi dan kemarahan Anda?

Cakra tenggorokan. Lawwamah. Mars. Daging. Elemen tanah. Semangat, kekuatan kemauan, dendam, tabah, tamak, lamban. Warna hitam dalam spiritual Jawa

Hurufnya sa, ta.
Sa, Sifat hono kang wiwit.
Ta, Tetep jumeneng ing Dzat kang wiwit.

4. SIFATULLAH, limpahan rahmat, cinta, pengawasan, pengendalian. Apakah peluang-peluang dan pemberian-pemberian yang Anda pernah terima? Siapa dan apa yang membantu Anda selama ini? Di manakah kemampuan Anda dan bagaimana kemampuan itu dikenali masyarakat lingkungan Anda?

Cakra tenggorokan. Sifatullah. Yupiter. Air. Tulang sumsum. Hasrat keinginan. Limpahan rahmat. Akal-budi (mind). Pengendalian dan pengawasan. Bijaksana dan arif. Anugerah yang pernah diterima. Warna kuning muda dalam spiritual Jawa.

Hurufnya la, wa,
La, lali eling wewatasane.
Wa, Wujud kang kirono.

3. SIRULLAH, pengertian/pemahaman - erat hubungannya dengan cakra mata ketiga. Saturnus. Bagaimana Anda mengungkapkan gagasan-gagasan Anda? Apa yang Anda pelajari dari keterbatasan-keterbatasan dan kendala-kendala yang ada? Bagaimana sifat feminin keibuan yang dimanifestasikan oleh ibu?

Cakra Mata Ketiga. Amarah. Darah. Elemen api. Sisi feminin. Emosi. Tekad dan ketekunan. Warna merah

Hurufnya ra, ca.
Ra, Roso kuoso tanpo kirono.
Ca, Cipto roso karso kuoso

2. DZATULLAH, kearifan/sabda Tuhan - erat hubungannya dengan mata ketiga. Kemauan menukik dunia spiritual. Uranus Energi apa yang mempengaruhi kepribadian Anda? Bagaimana Anda mengambil inisiatif dan melaksanakan dorongan-dorongan kehendak Anda? Kearifan apa yang anda pelajari dari setiap situasi? Nilai apa yang berkesan tentang sifat maskulin dari bapak?

Cakra Mata Ketiga. Mutmainah. Napas. Elemen Udara. GURU SEJATI. Sabda Tuhan. Sisi maskulin. Pasrah. Watak jernih. Belas kasih. Sisi maskulin. Warna putih berdasar spiritual Jawa.

Hurufnya da, ka.
Da, Dumadi kang tanpo kinardi.
Ka, Karso juoso tanpo kirono.

1. ROH SUCI Alasan-alasan spiritual dalam membaca situasi.Neptunus. Apakah hal yang ideal yang menjadi idaman Anda? Apakah alasan-alasan spiritual dalam membaca situasi?

Hurufnya na, ha
Na, Nur urip cahyo wewayangan,
Ha, Huripku cahyaning Allah

KHAROMAH - terletak pada titik tengah antara Sirullah-Dzatullah-Wujudullah-Sifatullah. Pengetahuan tersembunyi apakah yang dapat menolong Anda, memanifestasikan aspirasi-aspirasi luhung Anda? Apakah Anda siap menggunakannya?

Apa yang dijelaskan oleh Wujudullah - Kamayan - Prabowo tentang dinamika dan pertentangan kutub seksual Anda?

Bagaimana Pangaribowo - Kamayan - Sifatullah menggambarkan komunikasi, penulisan, penerbitan perjalanan, pengajaran dan filsafat Anda?

Bagaimana Anda mencapai transformasi diri melalui energi yang tergambar pada Tonggak Tengah: Roh Suci - Kamayan - Kodratullah - Bayu Sejati?

Nadi Kalacakra sebagai penghubung Periksalah kembali struktur titik-titik pandang diagonal Wujudullah - Kamayan - Prabowo yang menggambarkan dinamika dan pertentangan kutub seksual Anda

sumber : http://www.geocities.com/tarotwayang/petajiwa.htm
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Sekilas Ritual dan Teknik Spiritual Naqsyabandiyah

Seperti tarekat-tarekat yang lain, Tarekat Naqsyabandiyah itu pun mempunyai sejumlah tata-cara peribadatan, teknik spiritual dan ritual tersendiri. Memang dapat juga dikatakan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah terdiri atas ibadah, teknik dan ritual, sebab demikianlah makna asal dari istilah thariqah, "jalan" atau "marga". Hanya saja kemudian istilah itu pun mengacu kepada perkumpulan orang-orang yang mengamalkan "jalan" tadi.

Naqsyabandiyah, sebagai tarekat terorganisasi, punya sejarah dalam rentangan masa hampir enam abad, dan penyebaran yang secara geografis meliputi tiga benua. Maka tidaklah mengherankan apabila warna dan tata cara Naqsyabandiyah menunjukkan aneka variasi mengikuti masa dan tempat tumbuhnya. Adaptasi terjadi karena keadaan memang berubah, dan guru-guru yang berbeda telah memberikan penekanan pada aspek yang berbeda dari asas yang sama, serta para pembaharu menghapuskan pola pikir tertentu atau amalan-amalan tertentu dan memperkenalkan sesuatu yang lain. Dalam membaca pembahasan mengenai berbagai pikiran dasar dan ritual berikut, hendaknya selalu diingat bahwa dalam pengamalannya sehari-hari variasinya tidak sedikit.

Asas-asas
Penganut Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas Thariqah. Delapan dari asas itu dirumuskan oleh 'Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah penambahan oleh Baha' al-Din Naqsyaband. Asas-asas ini disebutkan satu per satu dalam banyak risalah, termasuk dalam dua kitab pegangan utama para penganut Khalidiyah, Jami al-'Ushul Fi al-'Auliya. Kitab karya Ahmad Dhiya' al-Din Gumusykhanawi itu dibawa pulang dari Makkah oleh tidak sedikit jamaah haji Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kitab yang satu lagi, yaitu Tanwir al-Qulub oleh Muhammad Amin al-Kurdi dicetak ulang di Singapura dan di Surabaya, dan masih dipakai secara luas. Uraian dalam karya-karya ini sebagian besar mirip dengan uraian Taj al-Din Zakarya ("Kakek" spiritual dari Yusuf Makassar) sebagaimana dikutip Trimingham. Masing-masing asas dikenal dengan namanya dalam bahasa Parsi (bahasa para Khwajagan dan kebanyakan penganut Naqsyabandiyah India).

Asas-asasnya 'Abd al-Khaliq adalah:

1. Hush dar dam: "sadar sewaktu bernafas". Suatu latihan konsentrasi: sufi yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas, dan ketika berhenti sebentar di antara keduanya. Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan Allah, memberikan kekuatan spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada Allah; lupa atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh dari Allah (al-Kurdi).

2. Nazar bar qadam: "menjaga langkah". Sewaktu berjalan, sang murid haruslah menjaga langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke depan, demikianlah agar supaya tujuan-tujuan (ruhani)-nya tidak dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang tidak relevan.

3. Safar dar watan: "melakukan perjalanan di tanah kelahirannya". Melakukan perjalanan batin, yakni meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia. [Atau, dengan penafsiran lain: suatu perjalanan fisik, melintasi sekian negeri, untuk mencari mursyid yang sejati, kepada siapa seseorang sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan menjadi perantaranya dengan Allah (Gumusykhanawi)].

4. Khalwat dar anjuman: "sepi di tengah keramaian". Berbagai pengarang memberikan bermacam tafsiran, beberapa dekat pada konsep "innerweltliche Askese" dalam sosiologi agama Max Weber. Khalwat bermakna menyepinya seorang pertapa, anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai "menyibukkan diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang"; yang lain mengartikan sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat sementara pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut kepada Allah saja dan selalu wara'. Keterlibatan banyak kaum Naqsyabandiyah secara aktif dalam politik dilegitimasikan (dan mungkin dirangsang) dengan mengacu kepada asas ini.

5. Yad kard: "ingat", "menyebut". Terus-menerus mengulangi nama Allah, dzikir tauhid (berisi formula la ilaha illallah), atau formula dzikir lainnya yang diberikan oleh guru seseorang, dalam hati atau dengan lisan. Oleh sebab itu, bagi penganut Naqsyabandiyah, dzikir itu tidak dilakukan sebatas berjamaah ataupun sendirian sehabis shalat, tetapi harus terus-menerus, agar di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah yang permanen.

6. Baz gasyt: "kembali", " memperbarui". Demi mengendalikan hati supaya tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang (melantur), sang murid harus membaca setelah dzikir tauhid atau ketika berhenti sebentar di antara dua nafas, formula ilahi anta maqsudi wa ridlaka mathlubi (Ya Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridlaan-Mulah yang kuharapkan). Sewaktu mengucapkan dzikir, arti dari kalimat ini haruslah senantiasa berada di hati seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang halus kepada Tuhan semata.

7. Nigah dasyt: "waspada". Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan dzikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan Tuhan, dan untuk memlihara pikiran dan perilaku seseorang agar sesuai dengan makna kalimat tersebut. Al-Kurdi mengutip seorang guru (anonim): "Kujaga hatiku selama sepuluh hari; kemudian hatiku menjagaku selama dua puluh tahun."

8. Yad dasyt: "mengingat kembali". Penglihatan yang diberkahi: secara langsung menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya; mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Penglihatan ini ternyata hanya mungkin dalam keadaan jadzbah: itulah derajat ruhani tertinggi yang bisa dicapai.



Asas-asas Tambahan dari Baha al-Din Naqsyabandi:

1. Wuquf-i zamani: "memeriksa penggunaan waktu seseorang". Mengamati secara teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. (Al-Kurdi menyarankan agar ini dikerjakan setiap dua atau tiga jam). Jika seseorang secara terus-menerus sadar dan tenggelam dalam dzikir, dan melakukan perbuatan terpuji, hendaklah berterimakasih kepada Allah, jika seseorang tidak ada perhatian atau lupa atau melakukan perbuatan berdosa, hendaklah ia meminta ampun kepada-Nya.

2. Wuquf-i 'adadi: "memeriksa hitungan dzikir seseorang". Dengan hati-hati beberapa kali seseorang mengulangi kalimat dzikir (tanpa pikirannya mengembara ke mana-mana). Dzikir itu diucapkan dalam jumlah hitungan ganjil yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Wuquf-I qalbi: "menjaga hati tetap terkontrol". Dengan membayangkan hati seseorang (yang di dalamnya secara batin dzikir ditempatkan) berada di hadirat Allah, maka hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali Allah, dan dengan demikian perhatian seseorang secara sempurna selaras dengan dzikir dan maknanya. Taj al-Din menganjurkan untuk membayangkan gambar hati dengan nama Allah terukir di atasnya.



Zikir dan Wirid
Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la ilaha illallah. Tujuan latihan itu ialah untuk mencapai kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan permanen. Pertama sekali, Tarekat Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal dzikir yang lazimnya adalah dzikir diam (khafi, "tersembunyi", atau qalbi, " dalam hati"), sebagai lawan dari dzikir keras (dhahri) yang lebih disukai tarekat-tarekat lain. Kedua, jumlah hitungan dzikir yang mesti diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah daripada kebanyakan tarekat lain.

Dzikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut Naqsyabandiyah lebih sering melakukan dzikir secara sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal dekat seseorang syekh cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana dilakukan dzikir berjamaah. Di banyak tempat pertemuan semacam itu dilakukan dua kali seminggu, pada malam Jum'at dan malam Selasa; di tempat lain dilaksanakan tengah hari sekali seminggu atau dalam selang waktu yang lebih lama lagi.

Dua dzikir dasar Naqsyabandiyah, keduanya biasanya diamalkan pada pertemuan yang sama, adalah dzikir ism al-dzat, "mengingat yang Haqiqi" dan dzikir tauhid, " mengingat keesaan". Yang duluan terdiri dari pengucapan asma Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali (dihitung dengan tasbih), sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan semata. Dzikir Tauhid (juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) terdiri atas bacaan perlahan disertai dengan pengaturan nafas, kalimat la ilaha illa llah, yang dibayangkan seperti menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Bunyi la permulaan digambar dari daerah pusar terus ke hati sampai ke ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan berhenti pada ujung bahu kanan. Di situ, kata berikutnya, illa dimulai dengan turun melewati bidang dada, sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata Allah di hujamkan dengan sekuat tenaga. Orang membayangkan jantung itu mendenyutkan nama Allah dan membara, memusnahkan segala kotoran.

Variasi lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih tinggi tingkatannya adalah dzikir latha'if. Dengan dzikir ini, orang memusatkan kesadarannya (dan membayangkan nama Allah itu bergetar dan memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh titik halus pada tubuh. Titik-titik ini, lathifah (jamak latha'if), adalah qalb (hati), terletak selebar dua jari di bawah puting susu kiri; ruh (jiwa), selebar dua jari di atas susu kanan; sirr (nurani terdalam), selebar dua jari di atas putting susu kanan; khafi (kedalaman tersembunyi), dua jari di atas puting susu kanan; akhfa (kedalaman paling tersembunyi), di tengah dada; dan nafs nathiqah (akal budi), di otak belahan pertama. Lathifah ketujuh, kull jasad sebetulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya meliputi seluruh tubuh. Bila seseorang telah mencapai tingkat dzikir yang sesuai dengan lathifah terakhir ini, seluruh tubuh akan bergetar dalam nama Tuhan. Konsep latha'if -- dibedakan dari teknik dzikir yang didasarkan padanya -- bukanlah khas Naqsyabandiyah saja tetapi terdapat pada berbagai sistem psikologi mistik. Jumlah latha'if dan nama-namanya bisa berbeda; kebanyakan titik-titik itu disusun berdasarkan kehalusannya dan kaitannya dengan pengembangan spiritual.

Ternyata latha'if pun persis serupa dengan cakra dalam teori yoga. Memang, titik-titik itu letaknya berbeda pada tubuh, tetapi peranan dalam psikologi dan teknik meditasi seluruhnya sama saja.

Asal-usul ketiga macam dzikir ini sukar untuk ditentukan; dua yang pertama seluruhnya sesuai dengan asas-asas yang diletakkan oleh 'Abd Al-Khaliq Al-Ghujdawani, dan muntik sudah diamalkan sejak pada zamannya, atau bahkan lebih awal. Pengenalan dzikir latha'if umumnya dalam kepustakaan Naqsyabandiyah dihubungkan dengan nama Ahmad Sirhindi. Kelihatannya sudah digunakan dalam Tarekat Kubrawiyah sebelumnya; jika ini benar, maka penganut Naqsyabandiyah di Asia Tengah sebetulnya sudah mengenal teknik tersebut sebelum dilegitimasikan oleh Ahmad Sirhindi.

Pembacaan tidaklah berhenti pada dzikir; pembacaan aurad (Indonesia: wirid), meskipun tidak wajib, sangatlah dianjurkan. Aurad merupakan doa-doa pendek atau formula-formula untuk memuja Tuhan dan atau memuji Nabi Muhammad, dan membacanya dalam hitungan sekian kali pada jam-jam yang sudah ditentukan dipercayai akan memperoleh keajaiban, atau paling tidak secara psikologis akan mendatangkan manfaat. Seorang murid dapat saja diberikan wirid khusus untuk dirinya sendiri oleh syekhnya, untuk diamalkan secara rahasia (diam-diam) dan tidak boleh diberitahukan kepada orang lain; atau seseorang dapat memakai kumpulan aurad yang sudah diterbitkan. Naqsyabandiyah tidak mempunyai kumpulan aurad yang unik. Kumpulan-kumpulan yang dibuat kalangan lain bebas saja dipakai; dan kaum Naqsyabandiyah di tempat yang lain dan pada masa yang berbeda memakai aurad yang berbeda-beda. Penganut Naqsyabandiyah di Turki, umpamanya, sering memakai Al-Aurad Al-Fathiyyah, dihimpun oleh Ali Hamadani, seorang sufi yang tidak memiliki persamaan sama sekali dengan kaum Naqsyabandiyah.

sumber : http://www.sufinews.com/index.php?
subaction=showfull&id=1078317578&archive=&start_from=&ucat=8&do=tarekat
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Jumat, 11 April 2008

MSN-Sohbet

*Sohbet Hari Sabtu Tanggal 15 Maret 2008*

*Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al Haqqani (qs)*

* *

*Tidak Ada Obat Untuk Satu Gigitan Setan!*

* *

*Atau Oh Manusia, Jagalah Kehormatanmu!*



...*As-salamu 'alaikum*! Untuk selamat, insya Allah, disini dan Akhirat,
gunakan sebanyak mungkin dengan mengucap: "*As-salamu 'alaikum*", (jadi)
Malaikat, juga mengucap hal yang sama padamu: "Salam, selamat, disini dan
Akhirat!"



*Destur, ya Sayyidi, ya Sultanu-l Awliya, Madad, ya Rijalallah*!

*A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim, Bismillahir Rahmanir Rahim. *



Itulah tanda (seorang) Muslim: lari dari setan, karena setan mengejar
manusia. Setan mengejar Anak-anak Adam, oleh karena itu kau harus berseru
memanggil Allah yang Maha Kuasa dan mohon perlindungan atau kau bisa jatuh
ke dalam perangkap setan. Dan setan menggunakan ratusan godaan/trik untuk
membuatmu jatuh ke dalam perangkapnya! Jangan tidur! Bangunlah, wahai
manusia! Jangan berkata: "Aku berkekuatan penuh", tidak, kau lemah, lemah!
Kau harus memohon perlindungan dari Tuhan-mu. Jangan lupa mengucap: "*A'udzu
bi-llahi mina syaitani rajim* *A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim* Ya Tuhan
kami, aku berlari kepada-Mu dari godaan-godaan setan!"



Apakah target utama setan? Target utamanya adalah menjadikan seluruh manusia
terjebak dalam perangkapnya. Siapa yang jatuh dalam perangkap setan harus
ikur bersamanya ke Neraka. Setan tidak pernah senang dengan Anak-anak Adam
baik disini ataupun di Akhirat, tidak, setan amat marah! Setan berkata:
"Untuk alasanmu, alasan, aku jatuh, aku telah dilempar dari Hadirat Ilahiah.
Oleh karenanya aku akan menggunakan seluruh kemampuan, kesanggupan,
energiku, semuanya. Targetku adalah membuatmu jatuh ke dalam Neraka yang
sama, tidak bahagia dalam kehidupan di bumi atau dengan kehidupan setelahnya
untuk kehidupan abadi. Aku tidak pernah senang kalau manusia hidup bahagia
selamanya. Tidak! Aku akan berusaha dan bersumpah bahwa aku akan berusaha
sekuat tenaga untuk membuat Anak-anak Adam bersamaku dalam kesusahan disini
dan di Neraka sana!" Oleh karena itu hati-hatilah dengan Setan!



Namun manusia menulis: Hati-hati ada anjing! Pada tiap pintu dituliskan
seperti itu: Hati-hati ada anjing. Anjing, bukan anjing yang merupakan
makhluk mengerikan seperti setan. (Seekor) anjing bisa menggigitmu dan kau
bisa sembuh dari gigitannya itu, tapi jika setan menggigitmu, itu sulit,
sangat sulit, tidak ada obatnya! Oleh karena itu, tanda (seorang) Muslim
adalah dengan mengucap: "*A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim*! O Tuhan
kami, mohon lindungilah aku!"



Allah swt, Dia-lah sang Pelindung dari jagad raya yang tak terhitung
banyaknya dan manusia yang berpikir kalau Allah yang Maha Kuasa datang dan
melindungi kamu…kamu…kamu. Bukan! Tapi adab kita, tata krama yang baik,
adalah memanggil Dia dan kemudian Allah yang Maha Kuasa mengirimkan
pelindung untukmu. Kau benar-benar bisa menemukan sebuah pelindung bagimu
dari manusia juga, dari orang-orang spiritual, orang suci, namun Adab, tata
krama yang baik, adalah dengan mengucap: "Ya Tuhan-ku, mohon lindungi aku
dari setan yang mengejarku dan mungkin aku bisa jatuh dalam perangkapnya!"
Oleh karenanya, inilah tanda (seorang) Muslim dengan mengucap: "*A'udzu
bi-llahi mina syaitani rajim*!" Kemudian kau akan dilindungi.



Kau sudah dilindungi. Lalu kau harus tahu bahwa kau adalah hamba yang lemah.
Dan Tuhan Penguasa Surga memberimu suatu kehormatan dan berkata: "Oh para
hamba-Ku!" Menjadi hamba dari Tuhan adalah kehormatan yang begitu tinggi,
kau tidak bisa mencari sebuah batas untuk kehormatan itu! Itulah yang Allah
Maha Kuasa ucapkan:



"*F abudni*! Oh hamba-Ku, pujilah Aku dan sembahlah Aku, o hamba-Ku. *F
abudni*, sembahlah Aku dan berusalah menjadi hamba-Ku dan penghambaan
kepada-Ku adalah suatu kehormatan yang tidak bisa kau bayangkan!"



Jika seorang Raja memintamu untuk datang dan jadi penjaga atau pelayannya
dan dia mendandanimu dengan pakaian kerajaan yang merupakan milik para
penjaga dan pelayan Raja atau Ratu, kau akan begitu bangga!... Kau tidak
melihat penjaga-penjaga istana Buckingham, bagaimana dengan mereka? (Jika)
kau melihatnya, (pakaiannya) seperti ini, tidak pernah berubah. Mereka
begitu bangga dengan topi-topi besarnya, itu merupakan milik Seri Baginda
Raja atau Seri Baginda Ratu. Apakah menurutmu apabila Allah yang Maha Kuasa
berseru kepadamu: "Oh para hamba-Ku, oh makhluk-makhluk-Ku, datanglah,
datanglah! Aku membedakanmu dengan beberapa kehormatan yang tidak pernah Aku
anugerahkan bahkan kepada para Malaikat!" Kau dapat mengerti, kau dapat
memikirkannya?



Kau harus memikirkannya! (Ini) jutaan kali lebih baik daripada memiliki
sebuah gelar: "Aku lulusan… Aku lulusan dari Universitas Oxford!" (Dia
berpakaian) seperti ini dan mengenakan sebuah topi di atas kepalanya
-orang-orang bodoh- pada orang ini (???) sesuatu, memegang (sebuah gelar
diploma, membanggakan diri) "Akulah satu-satunya!"

"Siapakah?"

"Aku..."

(Dia) tidak mengatakan nama pertamanya Thomas atau William atau George
(tetapi) dia berkata: "Aku Phd, Dr. William!" Menempatkan kehormatannya
lebih dulu dan baru namanya dibagian akhir. Begitu bangga! Apa itu! Mereka
pikir kalau itulah kehormatan tinggi bagi mereka! Beberapa dari mereka
menggunakan huruf-huruf... huruf-huruf alfabetik seraya berkata: "Oh! Aku
punya (sebuah) kehormatan dari 29 atau 30 buah huruf (alfabet) dan ini semua
tidak cukup untuk memperlihatkan kehormatanku!" Memasang kaca mata; itu
artinya orang penting, VIP! Tanda VIP bukanlah kehormatan, tetapi
orang-orang menyukainya!



Dan Tuhan-mu memberikan sebuah kehormatan yang bahkan tidak dianugerahkan
kepada para Malaikat dan kau tidak menghargai kehormatan itu? Kebodohan
apakah itu? Itulah batasan-batasan kebodohan, batasan tidak mau peduli.
Bagaimana kita menjauh dari kehormatan yang mengagumkan dari Tuhan kita
bahwa Dia sudah menganugerahi kita bukan dengan apa-apa? Ini sebuah
pemberian dari Allah! Orang-orang berlarian disini, disana -kini tidak
seorangpun menghargai kehormatan penghambaan kepada Tuhan Penguasa Surga!
Apakah yang akan terjadi atas mereka disini dan Akhirat? Apakah yang mereka
cari? Kemana mereka akan mencapai? (Mereka) meraih ke -*Taubat*,*Astaghfirullah
*- meraih ke saluran-saluran. Orang-orang mengejar kotoran! (Mereka) tidak
memohon untuk keluar, dibersihkan, dihormati, tetapi mereka berlarian ke
saluran-saluran pembuangan kotoran.



"*Ya Hu*", Aku berkata, "Kau bisa mati" - bukan kamu, orang-orang setan itu,
mereka bisa mati dalam saluran-saluran pembuangan kotoran! "Mana yang baik?
(Saluran di) New York atau saluran-saluran WC, Washington lebih baik? Atau
Moskow lebih baik? Atau Ankara lebih baik? Atau Peking lebih baik? Yang
mana?"

"Oh temanku, dari mana kau memperolehnya... dari lulusan manakah engkau?"

"Oh saudaraku, Aku lulusan dari saluran-saluran London"

"Aku lulusan dari saluran-saluran pembuangan kotoran Sorbonne" atau "Aku
lulusan dari saluran-saluran pembuangan kotoran Moskow."

"Kau pikir adakah saluran-saluran lainnya selain saluran kita?"

"Ya, mungkin, mungkin di Pakistan. Mungkin Pakistan, ya, jika kau pergi ke
Pakistan dan lulus disana, kau akan menjadi para pejuang!"

"Bagaimana dengan Turki?"

"Turki juga sangat bagus, tingkat mereka untuk bertikai dan membunuh dan
menghancurkan serta saling menjatuhkan. Itu juga kehormatan mereka."

"Bagaimana dengan Jerman?"

"Jerman, ehhh, kadang-kadang mereka menggunakan akal mereka dan berlari ke
Berlin, kadang-kadang tidak digunakan, pergi ke Bonn, kadang-kadang mereka
berkata saluran-saluran Romawi lebih baik, karena saluran-saluran Adriatical
mengalir dan saluran-saluran Mediterranean bisa mengalir didalamnya... dan
juga saluran-saluran Spanyol. Kau mengusahakannya, oh saudaraku?"

"Aku berusaha, tapi tidak ada waktu sekarang ini, aku semakin tua"



Jika aku bisa datang untuk kedua kalinya - seperti *kuru kafali* berkata
kalau kami datang berkali-kali - lain kali aku datang seperti seekor keledai
yang berlari, atau seperti tikus... dan berusaha menemukan mana saluran yang
terbaik!"

"Kau berkata benar? Menurutmu adakah hal seperti ini kalau ada orang yang
datang lagi dilain waktu?"

"Ya, Pak! Ini juga merupakan kehormatan kami, satu kali kami datang dalam
rupa anjing, sekali (kami) akan menjadi keledai, sekali kami akan menjadi
kucing, sekali kami akan menjadi unta, sekali kami akan menjadi serigala,
sekali kami akan menjadi…"

"(Apakah) kami tidak pernah menjadi manusia?"

"Tidak, tidak, selesai! Kau masuk ke saluran-saluran lain untuk meraih
tingkat-tingkat kehidupan yang lain!"

"Siapakah yang mengatakan hal ini?"

"*Kuru*, *kuru kafali*, kepala yang kering. *Kuru* artinya kering dalam
bahasa Turki... akal mereka kering."

"Ya, aku berharap ketika aku selesai kali ini dan berubah untuk kali kedua
aku berharap menjadi sebuah *kuru* (*kafali*)"

"Kau tidak bisa melihat wajahnya! Jika melihat wajahnya, kau tidak bisa
makan apapun selama 7 hari, begitulah! Wajah simpanse lebih baik. Bukan
simpanse, tapi gorilla! Gorilla milik bangsa Eropa. Dalam bahasa India *
kurus* - mereka punya banyak jenis kera- mereka bisa memperlihatkan diri
sendiri seperti jenis mereka. Benar?"

"Benar, Pak!"



Itulah situasi kita dimana mereka mengatakan: "Kita meraih puncak peradaban
melalui abad 21." Aku berkata, "Selamat bahwa kau... sekali lagi kau akan
kembali menjadi binatang! Karena kau tidak akan dihormati. Kau menolak
kehormatan menjadi bagian dari manusia dan kau ingin kembali ke dunia
binatang! Dan selamat untuk pemahamanmu dan tingkat barumu. Aku pikit itu
juga merupakan tingkat binatang yang lebih rendah!"



Semoga Allah mengampuni kita!



Wahai manusia, seluruh manusia dibumi, waspadalah terhadap setan! Apa yang
kami katakan semuanya- (itulah) tujuan setan untuk membuatmu, menghindarkan
kamu dari penghambaan surgawi dan kehormatan (yang diberikan setan itu)
untuk menjadikanmu seperti dunia binatang dan bahkan dibawah tingkat
binatang -tidak seorangpun dapat berkata-kata atau keberatan dengan apa yang
aku katakan! Jika mereka berkata sesuatu, datanglah kesini! Akan aku ajari
kamu! Aku bisa mengajar, aku bisa memperlihatkan kepadamu jalan yang benar!
Aku sudah diberi otoritas, akulah yang diberi otoritas untuk membuat manusia
mencari jalan-jalan mereka dan menjaga kehormatan mereka, (dan untuk
mengajari mereka) yang kehilangan target sejatinya dan makna diciptakan
serta (pemahaman tentang) apa itu kehormatan sejati. Akulah yang paling
rendah yang bisa mengajarkan seluruh manusia mengenai kehormatan dan kondisi
mereka sekarang ini…

Semoga Allah mengampuni kita!



Demi kehormatan yang paling terhormat dalam Hadirat Ilahiah-Nya S.Muhammad
sws, Fatiha!



*Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Aziz Allah...*

*Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Karim Alah *

*Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Subhan Allah *

*Allah Allah, Allah Allah, Allah, Allah, Sultan Allah Sultan Sensin, ya
Rabb! *

*Allahumma shalli wa sallim ala Nabiyina Muhammad alayhi salam, *

*shalatan tadumu wa tughda ilay, mamarra layali wa tula dawam Fatiha*!

sumber : muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Mengurai Makna Pulung dan Daya Magisnya

Mengurai Makna Pulung dan Daya Magisnya

BINTANG
cemerlang di langit yang jatuh ke bumi diyakini punya kekuatan magis
sebagai daya seseorang untuk menduduki kursi kepemimpinan atau jabatan.
Inilah dalam paham kekuasaan Jawa dikenal apa yang disebut pulung.
Intinya tidak jauh dari pemahaman mistis tentang bintang jatuh. Barang
siapa yang kejatuhan bintang keberuntungan, ia disebut telah memiliki
pulung. Artinya, yang bersangkutan akan memperoleh kekuasaan dalam
hidupnya.


Kisah
Ken Arok disebut-sebut tidak jauh-jauh dari pemahaman seperti itu. Ia
orang biasa, tapi memiliki ambisi besar untuk berkuasa sehingga rajin
mencari ilmu. Termasuk mengasah potensi batinnya. Akhirnya ia tahu dan
percaya bahwa Tunggul Ametung yang sedang berkuasa, secara mistis tidak
memiliki kekuatan apa-apa. Yang memiliki pulung adalah
istrinya, Ken Dedes. Akhirnya Ken Arok sampai pada kesimpulan, kalau
ingin memiliki kekuasaan tidak ada jalan lain kecuali dengan menikahi
Ken Dedes. Maka dengan segala cara (dan muslihat) akhirnya ia menemukan
cara untuk membunuh Tunggul Ametung dan menikahi bekas permaisurinya.
Sejarah mencatat, Ken Arok kemudian memang dicatat sebagai salah
seorang raja Jawa, meski riwayat hidup serta keturunannya pun
berdarah-darah.


Sebagian masyarakat masih
beranggapan bahwa wahyu adalah wujud kelimpahan rahmat dan pencerahan
Tuhan kepada seseorang. Sehingga orang yang mendapat wahyu atau kewahyon,
dapat dikatakan hidupnya berhasil secara lahir dan batin. Dengan
demikian wahyu dimaknai sebagai tanda perubahan seseorang mengarah
kepada kebaikan, kesuksesan, dan kemasyhuran yang berguna bagi
kesejahteraan banyak orang. Perubahan tersebut tidak terjadi dengan
sendirinya, tetapi merupakan hasil dari sebuah keprihatinan yang
dibarengi laku batin. Pada umumnya laku batin adalah bertapa, berpuasa,
berpantang, mengurangi tidur, pergi ke suatu tempat yang dianggap
sakral dan laku yang lain. Itu semua merupakan wujud kesungguhan dari
usaha manusia dalam mendapatkan apa yang diinginkan dan dicita-citakan.


Namun tidak semua orang yang menjalani laku
batin tersebut kejatuhan wahyu. Mengingat bahwa wahyu adalah anugerah
dari Tuhan kepada manusia, maka tentu saja wahyu tidak dapat dikejar,
apalagi dipaksa untuk jatuh dan tinggal pada orang tertentu. Karena
jika yang terjadi demikian akan bertentangan dengan karakteristik
wahyu, yaitu sebuah tanda perubahan yang mengarah pada hal-hal
kebaikan.


Menurut kitab Widya Kirana,
secara fisik wahyu berwujud cahaya yang turun dari langit, besarnya
hampir sama dengan bulan. Cahaya wahyu terjadi dari campuran sinar
manik-manik emas dan salaka (logam putih), sehingga menimbulkan cahaya
putih kehijau-hijauan. Bagi masyarakat, terutama yang masih berpegang
pada tradisi turun-temurun, jatuhnya sebuah wahyu yang sesungguhnya
pada suatu tempat, merupakan tanda bahwa dari tempat tersebut nantinya
akan muncul seorang yang sukses besar, baik dalam bidang derajat
kepangkatan maupun kelimpahan harta benda, yang dapat dirasakan
masyarakat luas. Biasanya Wahyu turun pada jam-jam keramat, yaitu
berkisar pada pukul 03.00 dini hari.


Tiga Cahaya Magis

Selain Wahyu, ada empat macam cahaya yang jatuh dari langit,
masing-masing mempunyai nama dan karakteristik berbeda, yaitu:

Andaru;
berwujud sinar berwarna kuning kemilau yang pinggirnya kemerah-merahan,
terjadi dari campuran sinar manik-manik emas, tembaga, dan timah.
Seseorang yang kejatuhan Andaru, akan menjadi kaya, dengan
mendapatkan kelimpahan harta benda, yang dapat menyenangkan banyak
orang. Dengan demikian orang yang mendapatkan Andaru akan disujudi orang banyak. Andaru
berkarakter kebendaan, sehingga ia akan memilih seseorang yang
menjalani laku batin karena keprihatinannya akan kemiskinan hidupnya.


Pulung:
yaitu cahaya yang jatuh dari langit dengan warna biru kehijau-hijauan.
Cahaya tersebut terjadi dari sinar manik-manik emas dan tembaga.
Seseorang yang kejatuhan pulung hidupnya akan dipenuhi oleh belas kasihan kepada sesama, sehingga ia akan disegani dan dihormati banyak orang. Pulung
berkarakter cinta kasih, sehingga jatuhnya pulung akan memilih orang
yang menjalani upaya lahir batin atas keprihatinannya mengamalkan cinta
kasih kepada sesama, dalam mewujudkan keindahan, ketenteraman, dan
kedamaian dunia, Amemayu Hayuning Bawana.


Guntur:
cahaya berwarna ungu, pinggirnya berwarna merah muda, yang terjadi dari
campuran tiga sinar, yaitu tembaga, garam, dan belerang. Bagi orang
yang kejatuhan guntur, hidupnya akan menjadi besar karena kebengisan dan ketamakannya. Sepak terjangnya membuat banyak orang takut dan tercekam. Guntur
berkarakter angkaramurka, dan cocok bagi orang yang sedang menjalani
laku dengan tujuan menjadi orang besar dan mampu memerintah dan
menguasai orang banyak.


Teluhbraja:
wujudnya sinar yang jatuh dari langit dengan warna merah, pinggirnya
berwarna biru. Terjadi dari campuran tiga sinar, yaitu timah, tembaga,
dan belerang. Seseorang yang berwatak iri hati, licik, dan senang
mencelakai orang lain, jika mempunyai keingingan menjadi besar dengan
dibarengi laku batin, maka yang akan jatuh dan memberi tambahan daya
kekuatan dalam hidupnya adalah teluhbraja. Karena karakter teluhbraja
cocok dengan karakter orang tersebut, yaitu menimbulkan banyak orang
celaka dan susah. Dipercaya, jika di suatu tempat jatuh sebuah sinar
yang berwarna merah kebiru-biruan, itu namanya teluhbraja, dan akibatnya di daerah tersebut akan timbul bencana yang menyengsarakan orang banyak.


Dari
pemaparan tersebut, dapat dimaknai bahwa keprihatinan, usaha, dan
gerakan lahir batin seseorang, atau putaran jagad cilik (micro cosmos), berpengaruh langsung dengan kehidupan alam semesta dan manusia dil uar dirinya (macro cosmos).


Ketika
batin seseorang bergerak dengan dibarengi laku, maka akan menimbulkan
energi berkekuatan magnet yang dapat menarik energi alam semesta.
Semakin berat laku batin seseorang, semakin cepat putaran yang
digerakkan dan akan semakin kuat daya magnetisnya dalam menyedot energi
alam semesta.


Jika yang digerakkan
mengandung energi kebaikan dan keluhuran, maka yang masuk dinamakan
wahyu. Jika yang digerakkan berupa energi cinta dan belas kasihan, maka
energi yang masuk dinamakan pulung. Demikian pula jika yang digerakkan adalah energi derajat dan pangkat, maka yang singgah dan masuk di dalamnya dinamakan andaru. Sedangkan teluhbraja dan guntur akan memberi energi kepada orang yang menggerakkan energi angkaramurka dan ketamakan.


Saat
bersatunya energi seseorang dengan energi alam semesta itulah yang
ditandai dengan jatuhnya sebuah sinar. Dengan mengenali ciri-cirinya
dari masing-masing sinar yang jatuh di suatu tempat pada dini hari,
apakah itu sinar wahyu, andaru, pulung, teluhbraja, atau guntur,
paling tidak orang akan mampu menangkap pertanda alam untuk memprediksi
apa yang akan terjadi. Dan itu merupakan awal dari sebuah peringatan
bagi orang yang berada di sekitarnya, agar siap dan waspada menghadapi
perubahan seseorang entah baik atau buruk, yang akan berdampak langsung
secara luas.

es danar pangeran/ bs







Wahyu Cakraningrat






SAPA sing cidra wahyune bakal sirna
(siapa yang curang wahyunya akan hilang). Demikianlah kata pepatah tua
Jawa. Dalam pemahaman Jawa pula, wahyu jika dikejar akan lari
menghindar. Jika dihindari, malah mengejar. Artinya, wahyu itu hanya
mau manjing (masuk dan menyatu) pada wadah (orang) yang benar-benar semestinya (kewahyon).


Dalam
lakon pewayangan, terdapat kisah yang paling gamblang untuk memahami
seluk-beluk tentang wahyu. Yakni lakon “Wahyu Cakraningrat”. Di dalam
lakon tersebut dikisahkan, para ksatria yang berupaya mendapatkan Wahyu
Cakraningrat. Sebuah wahyu yang merupakan penjelmaan Sang Hyang Bathara
Cakraningrat, salah satu dewa di Kahyangan Suralaya.


Barang
siapa mendapatkan wahyu tersebut, semua keturunannya akan menjadi raja
di Tanah Jawa Dwipa. Artinya, Wahyu Cakraningrat sama halnya dengan wahyu wijining ratu (wahyu bagi keturunan raja). Dengan demikian, tak heran jika banyak orang yang menginginkannya.


Tersebutlah,
ada tiga ksatria yang berkehendak mendapatkan Wahyu Cakraningrat.
Pertama, Raden Abimanyu alias Angkawijaya (Ksatria Plangkawati), anak
Raden Arjuna-Dewi Wara Sumbadra. Kedua, Raden Samba Wisnubratha
(Ksatria Parang Garuda), anak Prabu Kresna-Dewi Jembawati. Ketiga,
Raden Lesmana Mandrakumara (Ksatria Sarojabinangun), anak Prabu
Duryudana-Dewi Banowati.


Ketiganya pun setelah
mohon doa restu kepada orang tua masing-masing, secara terpisah
berangkat ke Alas Krendhawahana, untuk bertapa di sana. Sebuah hutan
yang menurut wangsit dari para dewa menjadi lokasi turunnya Wahyu
Cakraningrat. Padahal, Alas Krendhawahana merupakan “rumah” bagi para
jin, setan brekasakan, peri perayangan—yang merupakan anak buah Bathari Durga, sang dewi kegelapan/kejahatan.

Abimanyu berangkat ke lokasi dikawal oleh panakawan:
Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Samba Wisnubratha dikawal oleh
pamannya, Arya Setyaki dan Patih Udawa. Lesmana Mandrakumara dikawal
oleh sepasukan prajurit Kerajaan Astina, lengkap dengan perbekalan dan
persenjataan. Bahkan, pangeran pati (putra mahkota) Astina ini juga
dibekingi oleh Bathari Durga.


Ujian pertama pun
harus dihadapi. Tiba-tiba muncul banyak perwujudan menyeramkan. Memang,
Bathari Durga memerintahkan para jin dan setan untuk mengganggu
orang-orang yang bertapa. Dari ketiga pertapa, hanya Abimanyu yang
tampaknya tidak terpengaruh, dan tetap tekun bertapa.


Ujian
kedua datang. Muncul sepasang raksasa sebesar bukit yang mengamuk di
tengah hutan. Dia mengaku bernama Maling Raga dan Maling Sukma. Ulahnya
membikin Samba Wisnubratha dan Lesmana Mandrakumara ketakutan. Kedua
raksasa itu pun berperang tanding melawan Abimanyu. Keduanya tewas
terkena panah sakti ksatria bagus tersebut. Tiba-tiba, jasad Maling
Raga berubah menjadi Bathara Indra, dan jasad Maling Sukma berubah
menjadi Bathara Kamajaya. Kedua dewa itu pun memberikan banyak petuah,
bagaimana agar Abimanyu berhasil mendapatkan Wahyu Cakraningrat.


Pada
suatu tengah malam, terlihat seberkas sinar yang sangat terang
berkeliling di atas Alas Krendhawahana. Sinar itu tak lain adalah Wahyu
Cakraningrat yang tengah mencari wadah. Pertama-tama, Wahyu
Cakraningrat “masuk” ke dalam diri Lesmana Mandrakumara. Merasa
kemasukan wahyu, ia pun menyudahi tapanya. Berjingkrak-jingkrak
kegirangan. Dia pun berpesta pora merayakannya bersama para prajurit
Astina. Seperti “balas dendam”, untuk makan dan minum yang enak-enak,
sepuas-puasnya.





Wahyu
Cakraningrat yang berada dalam tubuh Lesmana Mandrakumara pun tak kuat
berlama-lama. Dia tak tahan dengan hawa panas Lesmana Mandrakumara yang
penuh hawa nafsu. Wahyu Cakraningrat segera keluar, dan berkeliling
mencari pertapa yang lain. Kali ini, dia mencoba “masuk” ke dalam jasad
Samba Wisnubratha. Merasa kemasukan wahyu, dia pun menyudahi tapanya.
Anak Prabu Kresna ini sangat bersyukur bisa mendapatkan apa yang
diinginkannya.


Melihat Samba Wisnubratha
mendapatkan Wahyu Cakraningrat, Bathari Durga tidak berkenan. Dia pun
ingin wahyu itu keluar dari dalam tubuh anak Prabu Kresna tersebut.
Bathari Durga pun bersalin wujud menjadi wanita yang sangat cantik dan
molek. Mengalahkan kecantikan para bidadari. Dia pun menggoda Samba
Wisnubratha. Minta untuk dikawin. Kalaupun tidak dikawini, minta
diobati rasa kesepiannya.


Mendapat tawaran
menggiurkan tersebut, Samba Wisnubratha terpengaruh dan tergoda. Dia
pun mencumbu dan memperlakukan si wanita itu layaknya istri sendiri.
Akibatnya sangat fatal, Wahyu Cakraningrat yang berada dalam tubuhnya
seketika keluar dan melesat, mencari pertapa lain.


Kali
ini, Wahyu Cakraningrat “masuk” ke dalam tubuh Abimanyu. Merasa
kemasukan wahyu, ksatria anak Raden Arjuna ini pun merasa sangat
bersyukur kepada Tuhan Yang Mahaesa. Mengetahui momongannya kemasukan
wahyu, Semar pun mewanti-wanti agar Abimanyu semakin berhati-hati,
dalam tutur kata, sikap, dan perilaku. Sekaligus selalu waspada
terhadap segala cobaan dan ujian yang bisa datang sewaktu-waktu.


Melihat
Abimanyu mendapatkan Wahyu Cakraningrat, Bathari Durga pun ingin
menggagalkannya. Sebagaimana dilakukan kepada Samba Wisnubratha,
Bathari Durga pun bersalin wujud seorang wanita yang sangat cantik dan
aduhai. Ia mulai menggoda Abimanyu. Bukan hanya minta dikawini atau
diobati rasa kesepiannya. Kali ini, wanita cantik tersebut begitu ngebet (bernafsu) terhadap Abimanyu.


Ingat
wejangan para dewa dan Ki Semar, Abimanyu pun selalu menghindar meski
si wanita terus-menerus mengejarnya. Melihat momongannya dalam
kesulitan, Semar segera membantu. Dia menghajar wanita cantik itu
habis-habisan. Tiba-tiba, si wanita cantik itu berubah wujud aslinya
sebagai Bathari Durga. Sang dewi kegelapan itu pun mohon maaf, dan
kembali ke alamnya.


Dari kisah ini, dapat dipahami
bahwa Abimanyu sukses mendapatkan Wahyu Cakraningrat, karena tahan
ujian, rintangan, hambatan, dan cobaan. Dia tetap zikir (ingat) kepada
Tuhan. Meski digoda oleh perwujudan setan, ancaman bahaya, dan wanita
cantik. Ini karena ketulusan dan kesucian (kemurnian) niat Abimanyu
untuk mengemban amanat sebagai penurun wijining ratu
(keturunan raja). Yang tujuan utamanya, hanya untuk kemaslahatan umat
dan kemakmuran rakyat secara lahir-batin. Berbeda dengan Lesmana
Mandrakumara dan Samba Wisnubratha yang belum bisa mengendalikan hawa
nafsu mereka. moko


Sumber : posmo
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Silat Kumango dan Filosofi Minangkabau

silat kumango dan filosofi minangkabau

Silat atau biasa di sebut silek dalam dialek minangkabau adalah seni beladiri masyarakat minang yang juga berperan dalam mendidik manusia minangkabau untuk menjadi manusia yang mempunyai ketinggian baik lahir maupun batin (urang nan sabana urang/manusia yang sebenarnya manusia). Karena dalam tradisi silek minang tidak hanya di ajarkan untuk membela diri dalam bentuk belajar serangan atau hindaran, tapi juga di isi dengan materi-materi yang penuh filosofi yang di simbolkan dalam aplikasi gerakan silat.

Menurut beberapa penelitian di sebutkan bahwa silek minang adalah hasil kolaborasi dari aliran silat di jaman minang kuno dahulu yang di sebut gayuang dengan beladiri dari luar minang, antara lain Harimau Campa, Kuciang Siam, Kambing Hutan, dan Silat Anjing Mualim dari Persia. Oleh Datuk Suri Dirajo semua unsur itu di rangkum menjadi satu aliran yang di sebut Silek Usali atau biasa di sebut Silek Tuo.

Silek Tuo ini memiliki gerakan yang sederhana, sehingga banyak pandeka - pandeka minang yang memodifikasi gerakan-gerakannya sesuai dengan pengetahuannya masing-masing, dan di beri nama sesuai dengan tempat asal silat tersebut atau kemiripan gerakan tersebut dengan alam sekitarnya (alam takambang manjadi guru), sehingga akhirnya banyak varian-varian silat minangkabau seperti silek lintau, silek pauh, silek sungai patai, silek kumango (berdasarkan lokasi), silek buayo, silek harimau, silek kuciang bagaluik, silek baringin (nama hewan/tumbuhan), silek starlak, silek sentak (berdasarkan gerakan) dll

Dari sekian banyak jenis silek yang terdapat di minangkabau itu, di kabupaten Tanah Datar tepatnya di kampung kumango, merupakan tempat asal silek yang di sebut silek kumango. Silek kumango merupakan salah satu aliran silek yang termuda, dan juga merupakan salah satu silek minang yang tumbuh berasal dari lingkungan surau. Silek Kumango di kembangkan oleh Syekh Abdurahman Al Khalidi yang merupakan mursyid Tarekat Samaniyah yang melakukan aktifitasnya di Surau Kumango. Perlu diketahui, Surau Syekh Kumango ini adalah salah satu tonggak penting dalam penyebaran tarekat khususnya tarekat samaniyah di minangkabau. Banyak orang yang datang untuk mengambil baiat tarekat ke Surau Kumango ini, dan sampai saat ini pun Surau Seykh Kumango menjadi pusat ziarah bagi para murid tarekat samaniyah yang ada di minangkabau, malaysia, kalimantan, dan sekitarnya.

Nama kecil Syekh Abdurahman Al Khalidi Kumango adalah Alam Basifat, sejak kecil Alam sudah di kenal sebagai parewa (preman), dan akhirnya belajar mengaji dan mengkaji termasuk ilmu tarekat. Cabang tarekat yang dikuasainya adalah Tarekat Samaniyah, Naqsyabandiyah dan Syatariyah, namun yang di ajarkannya kepada masyarakat dari Surau Kumango adalah Tarekat Samaniyah. Bakat parewa Syekh Abdurahman ini rupanya di salurkan dalam bentuk ilmu silat, yang dikemudian hari di kenal sebagai silat kumango.

Saat ini silek kumango di pimpin oleh Guru Gadang Lazuardi Malin Maradjo, di bantu oleh beberapa asistennya yang di sebut Guru Tuo, antara lain Uda Lesmandri, yang juga seorang praktisi tari kontemporer yang berbasis Silek Kumango.

Filosofi dalam silek kumango antara lain dimulai pada saat penerimaan murid baru (mangangkat anak sasian) yang di wajibkan untuk memenuhi syarat-syarat tertentu yang di sebut manatiang syaraik (mengangkat syarat/sumpah), yaitu dengan membawa barang2 tertentu:

1. membao lado jo garam (membawa cabai dan garam) -->merupakan simbol agar ilmu yang diperoleh akan melebihi pedasnya cabai dan asinnya garam
2. pisau tumpul--> sebagai simbol bahwa murid yang baru datang di ibaratkan sebagai pisau tumpul yang akan di asah di sasaran agar menjadi tajam
3. kain putiah/kain kafan-->simbol kepasrahan kepada Sang Khalik agar selalu siap utk kembali kepadaNya
4. jarum panjaik jo banang-->simbol efisiensi, hemat dan tidak boros
5. bareh sacupak-->simbol utk bekal agar mandiri
6. ayam batino-->ayam ini biasanya dipelihara di rumah guru dan telurnya di ambil utk dimakan bersama-sama

Sebagai mana sebagian besar silek minang lainnya, dalam pola langkahnya silek kumango juga menganut sistem langkah nan ampek (langkah empat). Pola langkah empat ini pada dasarnya adalah membagi ruang di sekeliling kita menjadi empat bagian, depan, belakang, kiri dan kanan. Pola ini banyak di temui di banyak aliran beladiri lainnya. Dalam silek kumango langkah ampek ni di simbolkan sebagai langkah Alif, Lam, Lam, Ha dan Mim, Ha, Mim, Dal, yang merupakan huruf hijaiyah dalam kalimah Allah dan Muhammad.

Langkah nan ampek ini adalah bagian dari pituah pituah filosofis urang minang yang biasa di sebut sagalo nan ampek. Dalam menghadapi orang atau anak yang susah untuk di atur, para orang tua minang suka mengatakan mengatakan "indak tau nan ampek" kepada anak2nya, tidak tahu yang empat, artinya itu adalah sindiran bahwa ia tak tau tentang yang empat itu.

Ampek macam batang aka
Partamo syariaik
Kaduo tarikaik
Katigo hakikaik
Kaampek makripaik

Urang nan ampek golongan
Partamo niniak mamak
Kaduo cadiak pandai
Katigo alim ulamo
Kaampek bundo kanduang

Adaik nan ampek
Partamo adaik nan sabana adaik
Kaduo adaik nan diadaikkan
Katigo adaik nan taradaik
Kaampek adaik istiadaik

Langkah nan ampek ini juga di simbolkan dengan sifat dari Nabi Muhammad SAW, yaitu Siddik, Tabligh, Amanah dan Fatonah. Dan banyak lagi filosofi minang yang terangkum dalam sagalo nan ampek.

Dari sisi ilmu batin, langkah nan ampek ini juga merupakan simbol dari nafsu manusia yang terdiri dari nafsu ammarah, lawwamah, sufiyah dan muthmainah. Dan ini juga merupakan awal dari ilmu untuk mencari saudara batin guna mencari DIRI yang sejati. Ini mirip dengan pemahaman sedulur papat lima pancer yang ada di tanah jawa. Sehingga pada akhirnya nanti akan menemukan jati diri manusia yang benar-benar MANUSIA. Ada empat tingkatan jenis manusia menurut pemahaman minangkabau yang juga terangkum dalam empat bagian, yaitu : urang, urang nan takka urang, urang nan ka jadi urang, urang nan sabana urang.

Selain langkah ampek, dikenal dalam silek minang juga dikenal filosofi langkah tigo, yang memiliki muatan filosofis serupa dengan langkah nan ampek, namun bila langkah ampek memiliki muatan agamis, sebaliknya langkah tigo memiliki muatan adat, yang menjadi landasan dalam pola pikir masyarakat minangkabau, termasuk dalam seni sileknya.

Adat babarih babalabeh
Baukua jo bajangko
Tungku nan tigo sajarangan
Patamo banamo alua jo patuik
Kaduo banamo anggo tanggo
Katigo banamo raso pareso

Alua jo patuik (alur dan kepatutan/kepantasan) secara singkat adalah logika, anggo tanggo (anggaran tangga) kedisiplinan, raso jo pareso (rasa dan periksa) adalah perasaan/olah rasa dan ketelitian/periksa.

Aplikasinya dalam ilmu silek adalah bahwa silek itu haruslah bersesuaian dengan ilmu pengetahuan/logika/masuk di akal, dalam mempelajarinya diperlukan kedisiplinan, dan terakhir yang tak kalah penting adalah pengolahan rasa untuk mempertajam gerakannya.

Dalam silek kumango, pengaruh sufistik dari Syekh Abdurahman juga tampak dalam filosofi, bahwa setiap serangan haruslah dielakan terlebih dahulu. Tidak tanggung-tanggung bukan sekali di elakan, melainkan di elakan sebanyak empat kali.
Elakan pertama di simbolkan sebagai elakan mande, dalam menghadapi serangan pertama dari seorang musuh, harus di elakan, dianggap nasihat dari seorang ibu kepada anaknya, jadi kita wajib memahaminya dan bukan melawannya.
Elakan kedua di simbolkan sebagai elakan ayah, jadi harus dipahami dan bukan dilawan.
Elakan ke tiga di simbolkan sebagai elakan guru, kita harus mengumpamakan bahwa itu adalah seorang guru yang sedang marah kepada kita sehingga wajib di pahami dan tidak dilawan dengan cara mengelakan serangannya,
Elakan keempat di simbolkan sebagai elakan kawan, yaitu di artikan bahwa itu adalah seorang kawan yang hendak bermain-main kepada kita sehingga harus kita pahami dan dalam gerakan silat harus kita elakan.
Baru pada serangan kelimalah seorang pesilat kumango dapat melakukan gerakan perlawanan, karena pada serangan kelima ini di ibaratkan si penyerang sudah bersama setan, sehingga wajib bagi kita untuk menyadarkannya, dalam aplikasi gerakan silat ini bisa dilakukan dengan gerakan serangan berupa pukulan atau sapuan kaki yang diakhiri dengan kuncian, dengan catatan bahwa serangan dari kita hendaknya tidak boleh sampai mencederai lawan, dan bahkan apabila lawan sampai kesakitan, minta maaf adalah hal yang patut dilakukan.

Dalam diskusi silat kumango beberapa waktu lalu di padepokan TMII yang diprakarsai oleh rekan2 sahabat silat (www.sahabatsilat.com) , ada seorang peserta yang menanyakan bagaimana aplikasi silek kumango dalam menghadapi lawan yang berada di bawah (jatuh atau menjatuhkan diri), misalnya saja dalam menghadapi seorang ahli gulat/grappling, ternyata dalam filosofi silek kumango di sarankan untuk tidak menyerang lawan yang posisinya sudah berada di bawah.

Dalam pepatah minang ini di simbolkan dengan “alah kanyang ka tambah” sudah kenyang masih mau nambah, maka yang terjadi adalah hilanglah rasa kenyang dan tibul rasa sakit perut. Karena lawan yang berada di bawah di posisikan sebagai lawan yang sudah jatuh, nah menyerang lawan yang sudah kita jatuhkan bisa mengakibatkan posisi kita malah menjadi lemah, maka sebaiknya di biarkan lawan sampai bisa berdiri kembali.

Jurus Silat Kumango :
1. Elakan (kiri luar, dalam)
2. Elakan (kanan luar, dalam)
3. Sambut Pisau
4. Rambah
5. Cancang
6. Ampang
7. Lantak Siku
8. Patah Tabu
9. Sandang
10. Ucak Tanggung
11. Ucak Lapeh

Dalam permainan silek kumango tidak dikenal permainan senjata, kecuali dalam kembangan yang berbentuk tarian. Sebagai silek yang berasal dari budaya surau, maka senjata yang dikenal dalam silek kumango adalah sarung. Jadi selain sebagai alat untuk beribadah, sarung juga merupakan senjata yang dapat di andalkan. Dalam diskusi silat kemarin itu Guru Gadang Amak Ar juga memperagakan gerakan beladiri dengan mempergunakan senjata sarung.

Demikianlah sekilas tentang silek kumango, yang selain berguna dalam fungsi pembelaadi diri, juga berperan dalam pembentukan moral manusia minang. Didalam silek ini banyak sekali pituah pituah urang minang dengan arti yang sangat dalam. Sangat di sayangkan kalau budaya ini sampai hilang di telan zaman.


Usang usang di pabarui
Nan lapuak di kajangi
Nan senteng di bilai
Nan taserak di kumpuekan
Nan hanyuik di pintehi
Nan takalok di jagokan
Nan hilang di cari

Sumber : http://devilbuddy.multiply.com/journal/item/35
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Sohbet Tanggal 30 Maret 2008

Sohbet Tanggal 30 Maret 2008

Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al Haqqani (qs)



Manusia Mempunyai Segalanya Kecuali Keyakinan!

Atau: Bagaimana Caranya Mendekat kepada Allah

Atau: Ajarkan yang Kau Tahu!

As-salamu 'alaikum!

Suatu kali Khwaja Nasrudin- Allah merahmati beliau...

Destur, ya Sultanu-l Awliya! Madad, ya Rijalallah!

Oh Tuhan kami, ampuni kami! Oh Tuhan kami, kirimkan kami berkah-berkah-Mu! Jika Kau tidak senang dengan sebagian besar manusia karena kelakuan mereka. Kau mempunyai orang-orang yang membuat-Mu bahagia dan ridho kepada mereka. Untuk kehormatan mereka kirimkan kami berkah-berkah-Mu!

Kami mengucap: A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim, Bismillahir Rahmanir Rahim.

Ini sebuah pertemuan. Sebuah pertemuan adalah mengambil sesuatu dari keliaran dan kekejaman manusia. agar bersama-sama datang berkaj-berkah dari Surga. Bahkan jika 2 orang beriman datang bersamaan dan duduk demi kepentingan Allah yang Maha Kuasa, datanglah Berkah-berkah dan Rahmat-rahmat. Oleh karenanya, kami disini lebih dari 2 orang dan kami berharap bahwa rahmat seseorang itu datang. Tanyalah! Jika kau ingin kesenangan dan kebahagiaan dalam Hadirat Ilahiah dari waktu ke waktu, kau harus bertanya kepada seseorang yang dekat kepada Tuhan mereka, Allah yang Maha Kuasa. Bagaimana caranya untuk lebih dekat kepada Pencipta kita, Tuhan Penguasa Surga? Seseorang boleh bertanya, ya... Madad, ya Sultanu-l Awliya!

(Ini) sederhana dan mudah! Jika kau memohon untuk lebih dekat dengan Allah yang Maha Kuasa, maka kau harus berusaha menjauhkan diri dari egomu! Kau harus lari dari egomu, lalu kau akan semakin dekat. Jika kau semakin mendekat ke egomu, kau tidak sanggup mendekat kepada Allah yang Maha Kuasa, tidak! Oleh karenanya, siapapun yang memohon mendekat kepada Allah yang Maha Kuasa: larilah dari egomu, larilah dari keinginan-keinginan egoistik! Tinggalkan, lalau kau akan menemukan dirimu semakin dekat dengan Allah yang Maha Kuasa!

Itu penting dan siapa yang semakin dekat dengan Allah yang Maha Kuasa, bisa meraih segala sesuatu disini dan Akhirat. Tetapi jika orang itu tidak dekat dengan Tuhan-Nya, Allah yang Maha Kuasa, segalanya, setiap kebaikan, setiap kesenangan, setiap kedamaian, setiap harapan, setiap keindahan akan lari darimu. Dan sebaliknya: kau, saat lari ke Allah yang Maha Kuasa dan memohon Kesenangan dan Kegembiraan-Nya, segala sesuatu disekitar dirimu berusaha untuk membuatmu senang. Tidak seorangpun menyakitimu, tidak mungkin! Tidak mungkin!

Jika Allah yang Maha Kuasa ridho kepadamu dan kau berusaha untuk menjadikan Allah yang Maha Kuasa ridho kepadamu, bagaimana mungkin makhluk-makhluk-Nya berusaha membuatmu sedih, putus asa? Tidak, tidak ada yang berusaha membuatmu berkubang dalam kesedihan, dalam lautan kesedihan, dalam gelapnya dunia! Dunia dimana kau tinggal didalamnya, akan diperintahkan: Oh, siapapun yang ada disekitar hamba-Ku, semuanya, karena Aku ridho kepada hamba-Ku, kalian harus berusaha menyenangkan hamba-Ku! Itulah Perintah-Nya! Dan lalu segalanya akan berusaha membuatmu senang, gembira dan damai. Tidak ada yang dapat memberimu kesenangan jika Allah yang Maha Kuasa tidak memberi perintah! Uang -itu tidak ada artinya! Kekayaan tidak ada artinya! (Sebuah) Kerajaan tidak ada artinya! Tidak akan pernah ada yang akan memberimu kesenangan dan kegembiraan jika Allah yang Maha Kuasa tidak perintahkan -Perintah-Nya menembus apapun!



Atom-atom mendengar Perintah-perintah-Nya dan mereka patuh! (Sebuah) virus mendengar apa yang Pencipta-nya perintahkan. Pencipta-nya berkata: Oh makhluk-Ku dan semuanya, ini mempunyai sebuah nama khusus dalam Hadirat Ilahiah! Bahkan kau tidak bisa menemukan satu atom pun yang tak bernama karena Tuhan Penguasa Surga berkata kepada mereka: Jadilah! S jadilah!, A jadilah!, M jadilah! dan mereka pun ada. Dia memanggil mereka dengan nama (mereka)!

Dan kau bisa bertanya: Bagaimana itu bisa terjadi?

Kau harus yakin bahwa Tuhan-mu bisa melakukan apapun yang Dia kehendaki untuk dilakukan atau dijadikan dan Dia cukup berkata: "Jadilah" dan terjadilah. Dia bisa berkata: "O atom-atom," dan Dia menunjuk kepada setiap atom: "Oh atom-atom di Hadirat Ilahiah" atau: "atom-atom Surga!" Satu per satu Dia mengetahui nama-nama mereka; Dia tahu dimana mereka, Dia tahu untuk apa mereka menjadi ada! Karena Dia-lah sang Pencipta! (Sang) Pencipta harus tahu tiap makhluk yang sudah diciptakan-Nya, untuk apa Dia menciptakan mereka!



Tanpa satu pun kearifan, maksud, target, maka tidak bisa menjadi apa-apa! Sebuah atom harus ada untuk sesuatu! Atom itu tahu! Dan ketika Tuhan Penguasa Surga -Pencipta mereka- berkata, "Oh makhluk-makhluk-Ku" mereka menjawab, "Labbaik! Oh Tuhan kami, kami siap, kami mendengarkan-Mu! Apakah Perintah-Mu?" "Dengar dan patuhi!"

(Perintah) datang karena Dia-lah sang Pencipta dan Dia-lah satu-satunya yang dapat memberikan perintah, Dia-lah satu-satunya yang membuat Peraturan-peraturan.



Kesalahan terbesar manusia adalah: Mereka meminta peraturan-peraturan untuk diri mereka sendiri, yaitu aturan yang dibuat manusia. Aturan yang dibuat manusia tidak mempunyai nilai, tidak ada kekuatan! Tidak seorangpun mendengarkan, tidak seorang pun patuh! Tetapi Perintah-perintah surgawi -yang hanya Allah Maha Kuasa bisa memberikan perintah- Perintah-perintah-Nya harus didengar, didengarkan baik-baik, dipatuhi! Perintah-perintah-Nya! Itulah kesalahan terbesar manusia abad 21, mereka ingin membuat sendiri peraturan seperti: Kau sama dengan aku. Kalau kau bisa membuat sebuah peraturan, aku bisa buat peraturan lain dan aku tidak harus patuh kepadamu. Siapa kamu? Kau sama seperti aku, (seorang) manusia, mengapa aku menjadi pelayanmu? Bagaimana aku akan menjadi pelayan yang patuh kepadamu? Lebih-lebih adakah hal yang membuatmu lebih daripada aku. Tidak ada!



Seluruh manusia berada pada standar yang sama. Bahwa Tuhan Penguasa Surag menjadikan sebagian hamba-Nya pengecualian, mereka berbeda, benar-benar berbeda. Berapa banyakkah perbedaannya? 100% berbeda! Kaum Wahabi berkata seperti ini: "Apa itu Nabi! Dia sama seperti kita!"

Masya Allah! Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa sang Nabi (saw) sama dengan kalian? Tidak! 100% beliau berbeda dalam penciptaannya, beliau mempunyai pengecualian karena beliaulah lebih dekat atau dia harus lebih dekat kepada Tuhan Penguasa Surga untuk mendengar, memperhatikan dan mematuhi serta membawa manusia pada umumnya Aturan-aturan Surgawi, Aturan-aturan Tuhan Penguasa Surga.



Itulah kesalahan terbesar manusia, namun kini semua orang sama seperti Nimrod dengan berkata, "Akulah tuhan dimuka bumi!" Ha? Ya Maulayi!... Ja. Itulah kesalahan terbesar... tetapi mereka mendesak orang lain: Kau harus patuh padaku! Untuk apa? Siapa kamu? Kau sama seperti aku. Kau membuat peraturan kepadaku karena dibelakangmu ada beberapa kerumunan orang bodoh, seperti kerumunan serigala... dan kau memaksaku untuk mematuhimu? Tidak, aku tidak terima!



Namun ketika Kekuatan surgawi datang, Aturan-aturan dari Surag, siapakah yang membawa aturan-aturan tersebut, mereka 100% berbeda. Apa yang mereka katakan? Mereka berkata, "Oh manusia, patuh atau kau akan diakhiri! Tapi manusia berpikir bahwa tidak ada yang lain melampaui diri mereka, siapa yang dapat memberikan perintah kepada mereka atau mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan dan menjadikan orang lain mengejar jalan-jalan imitasi mereka sehingga mereka jatuh dalam kegelapan, jatuh ke lembah yang dalamnya tak diketahui.



Tuhan Penguasa Surga berseru pada tiap makhluk: Oh para makhluk-Ku! Yang itu... yang itu... dia hamba-Ku. Dia menjaga Perintah-perintah-Ku, mendengar, memperhatikan, patuh dan lain-lainya, kau harus memberikan kehormatanmu kepada dia dan jangan menyakitinya! Jangan sakiti dia dengan segala cara, jangan! Kau tidak boleh menyentuh yang itu, tidak boleh! Itulah Perintah Surgawi pada tiap atom yang dipanggil dengan nama mereka.



Oleh karena itu, keselamatan bagi manusia adalah dengan patuh terhadap Pencipta mereka, berusaha menjadikan sang Pencipta bahagia dan ridho dengan mereka serta Dia kemudian akan menganugerahi mereka dari Samudera Rahmat-Nya yang tak bertepi, dari Samudera kesenangan-Nya yang tak bertepi, Samudera kegembiraan-Nya yang tak bertepi, Samudera keindahan-Nya yang tak bertepi, dari samudera yang tak bertepi, tak bertepi, tak bertepi!

Manusia harus belajar! Mereka sebaiknya belajar atau mereka akan menjadi sampah yang dibuah ke tempat sampah, tidak ada harganya! Tidak berharga, jadi Allah yang Maha Kuasa menjadikan makhluk-makhluk-Nya untuk menyakiti orang-orang itu... disakiti tidak cukup untuk kata itu asa ... membuat mereka tidak bahagia... Jika Allah yang Maha Kuasa tidak berfirman: Berikan kesenanganmu kepada para hamba-Ku yang patuh, semua akan menyerang orang itu. Saat makhluk yang tidak terlihat berlari dan menyerang seorang manusia, bahkan satu dari mereka dapat mengantarkan orang itu dari hidup ke mati!



Oh manusia, kau harus berusaha yakin kepada Kekuatan Tuhan-mu dan Kemungkinan bahwa Kemungkinan-Nya adalah Samudera-samudera tanpa batas! Kemungkinan... paham?... Dia dapat melakukan apapun dengan Kekuatan-Nya yang tidak terbatas! Dia dapat melakukan apapun dan tak seorang pun dapat menghentikan Tuhan Penguasa Surga melakukan ini dan itu!



Kita butuh percaya kepada Dia! Kita punya segalanya kecuali kepercayaan. Orang-orang punya segalanya hanya dari materi, mereka kehilangan spiritualitasn dan Perintah-perintah Tuhan mereka. Oleh karenanya, dari hari ke hari mereka turun. Dari hari ke hari merka jatuh ke dalam sumur kegelapan yang tak ada akhirnya dimana tidak seorangpun dapat mengeluarkan mereka kecuali jika Tuhan Penguasa Surga menurunkan seutas tali kepadamu. Tali itu selalu siap, tidak mungkin dipotong. Jagalah tali itu, kau akan selamat, diberi pahala dan diberi kehormatan dan dipuji dalam Hadirat Ilahiah-Nya.



Semoga Allah mengampuni kita! Demi kehormatan yang paling terhormat dan paling terpuji dalam Hadirat Ilahiah-Nya, Sayyidina Muhammad saw, Fatiha... Ya Rabbi, Syukr!... Selamat datang!

Aku bicara untuk Nasrudin Hoja, (seseorang) yang sangat termasyur. Dia hanyalah seorang pelayan, namun spiritualitasnya menutupi manusia selama berabad-abad dari Timur hingga ke Barat. Dan dia seorang terpelajar dan berusaha mengajarkab banyak orang sesuatu yang mungkin sangat bermanfaat, bisa berguna bagi banyak orang. Dia memberi nasehat kepada mereka. Suatu kali dia datang ke masjid dan duduk... bukan seperti ini.. (duduk pada) kursi resmi dalam masjid... duduk dan memperhatikan ke orang-orang: Masya Allah! Orang-orang yang sangat baik, penuh sesak orang disini... "Ya, wahai para pendengarku! Kalian tahu apa yang aku ajarkan?"

(Dan) mereka menjawab, "Tidak, Tuan. Kami tidak tahu apa yang kau katakan kepada kami."

Dan dia berkata: "Jika kalian tidak tahu, apa gunanya aku berkata sesuatu kepada kalian? Ehhh...ma a Salaam!"

Oh! Orang-orang mulai beranjak pergi... Jika kalian tidak tahu apa yang aku katakan, apa gunanya aku berkata-kata sesuatu kepada kalian? Mereka pergi.

Lain kali... orang-orang berkata: Nasrudin Hoja, guru kami, penasehat kami, dia tidak pernah bicara. (Dia) bertanya pertanyaan itu dan kita menjawab, "Kami tidak tahu" dan dia menjawab: "Tidak mengapa."

Kali ini kita harus menjawab, "Kami tahu."



Dan (pada) kesempatan kedua, Nasrudin Hoja berdiri (disana) melihat: "Masya Allah! Begitu banyak orang disini... As-salamu 'laikum! Apakah kalian tahu apa yang aku katakan kepada kalian?"

Mereka menjawab, "Ya, tuan. Kami tahu!"

"Jika kalian tahu, untuk apa aku berkata-kata kepada kalian?"

Dan mereka semua terpaku. Mereka berkata, "Kali ini kita harus menjawab, sebagian dari kita: 'Kami tahu" sebagian yang lain berkata: "Kami tidak tahu."

(Pada) kesempatan ketiga, Mullah Nasrudin datang dan duduk: "Oh, masya Allah! Orang-orang yang baik... Kalian tahu apa yang akan aku ajarkan?"

Orang-orang ini menjawab, "Ya, kami tahu" dan kelompok lain menjawab, "Kami tidak tahu, Hoja Effendi, kami tidak tahu!"
"Sangat bagus! Siapa yang tahu, (mereka) mengajarkan kepada yang tidak tahu!"

Aku datang dan berkata kepadamu: "Kau tahu, apa yang aku katakan?" namun kau tidak menjawab, oleh karenanya aku bicara kepada tembok, dan lantai dan langit-langit... Apa yang akan kita lakukan!... Yalla, pergilah!



As-salamu 'alaikum...

A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim, Bsmillahir Rahmanir Rahim. Ya Rabbana, ya Rabbi-ghfir wa-rham wa Anta khairu Rahimin, innaka Afuwu Karim, tuhibbu-l afwa, fa-fuanna, ya Karim, bi jahi man arsaltahu Suratu-l Fatiha!




BRR

As-salamu alaikum, dear brothers and sisters!

Here the Sohbet from Maulana Sheikh Nazim from 30th of March!

Salaams to all

Khairiyah





Sohbet from 30.3.08

People have everything except belief!





Or: How to come closer to Allah

Or: Teach what you know!





As-salamu alaikum!





Once Khwaja Nasrudin- Allah blesses him... Destur, ya Sultanu-l Awliya! Meded, ya Rijalallah!





O our Lord, forgive us! O our Lord, send us your Blessings! If You are not happy from big mass of mankind, through themselves You have someones that You are happy and pleased with them. For their honour send us Your Blessings!

We are saying: Audhu bi-llahi mina shaitani rajim, Bismillahir Rahmanir Rahim.

It is an association. An association (is) taking away from people wildness and their violence. To be together, coming from Heavens Blessings. If even two believers (are) coming together and (are) sitting for the sake of Allah Almighty, (it is) coming Blessings and Mercy. Therefore, we are here more than two people and we hope that for someones blessings (is) coming. Ask! If you like to be in pleasure and pleasement in divinely Presence even time by time, you must ask someones, whom they are closer to their Lord Allah Almighty, how (you are) going to be closer to our Creator, the Lord of Heavens? Someone may ask, yes...Meded, ya Sultanu-l Awliya!





(It is) simple and easy! If you are asking to be closer to Allah Almighty, you must try to be (far away) from your ego! You must run away from your ego, then you are going to be closer. If you are coming closer to your ego, you can t be able to be closer to Allah Almighty, no! Therefore, anyone asking to be closer from Allah Almighty: Run away from (your) ego, run away from your egoistic demands! Leave, then you should find yourself closer to Allah Almighty!





That is important and who is coming closer from Allah Almighty, he may reach everything here and Hereafter. But if that one (is) not closer to his Lord Almighty Allah, everything, every goodness, every pleasure, every peace, every hope, every beauty (is) running away from you. And in opposite: You, when you are running to Allah Almighty and asking His Pleasure and Pleasement, everything around yourself (is ) trying to make you pleased. No one (is) harming you, no, it is impossible! It is impossible!





If Allah Almighty (is) pleased with you and you are trying to make Allah Almighty to be pleased with you, how His creatures (are) trying to make you sad, hopeless? No, nothing (is) trying to make you in sadness, through sadness oceans, through darkness worlds! Your world that you are living in it, just (is) going to be ordered: Oh, who is around My servant, everything, because I am pleased with My servant, you must try to make pleased My servant! That is (His) Order! And then everything (is) trying to make you in pleasure, pleasement and peace. Nothing can give to you pleasure, if Allah Almighty (is) not ordering! Money- it means nothing! Richness should be nothing! (A) Kingdom (is) going to be nothing! Never (anything is) going to give you any pleasure and pleasement, if Allah Almighty (is) not ordering- that His Order (is) through everything!





Atoms (are) hearing His Orders, and (they are) obeying! (A) Virus (is) listening, what its Creator (is) ordering. Its Creator (is) saying: O My creature and everything, it has a special name in (the) divine Presence! You can t find even an atom without a name, because the Lord of Heavens (is) addressing to them: Come into existence! Come, S., in existence, come, A., in existence. Come, M., in existence! and they are coming. By their names (He is) calling (them)!





And you can say: How it can be?

You must believe that your Lord may do everything that He asking to do or to be and (He is only) saying: Be , and (it is) being in existence. He may say: O atoms , and His divinely Addressing (is) to every atom: O divinely Presences atoms or: Heavens atoms! One after one He knows their names; He knows where they are, He knows for what they are in existence! Because He is (the) Creator! (The) Creator must know every creature that He created them, for what (He has created them)!





Without any wisdom, without any purpose, without a target, can t be anything! An atom must be in existence for something! It knows! And when the Lord of Heavens, their Creator, (is) saying: O My creatures , they are saying: Labbaik! O our Lord, we are ready, we are listening to You! What is Your Command? Listen and obey! (This Order is) coming, because He is (the) Creator and He is (the) only One who can order, He is (the) only one who (is) making Rules.





(The) biggest mistake of mankind that is: They are asking to do rules by themselves. Man-made rules. Man-made rules (have) no value, no power! No one (is) listening, no one (is) obeying! But heavenly Orders that Allah Almighty only may order, His Orders must be heard, must be listened, must be obeyed! His Orders! (The) biggest mistake of mankind through (the) 21st century that is, that they are trying to make rules: You (are) like me. What you are making, a rule, I can do another (rule) and I am not obliged to obey to you. Who are you? You are like me, (a) person, why I am going to be your servant? How I am going to be (an) obedient servant to you? What is more, (what is the) thing that you have more than me? No!





Our whole mankind (is) on (the) same standard. Only someones (not)- that the Lord of Heavens (is) making some of His servants exception- that their creation (is) different, just different. How much different? 1oo % (they are) different for their existence! Those Wahabi people they are saying that: What is (that) Prophet! He is like ourselves! Ma sha Allah! Who said to you that (the) Prophet looks like you? No! 1oo % (he is) different (in) his creation, he has an exception, because he is closer or he must be closer to the Lord of Heavens, to hear and listen and obey and to bring (to the) common people (the) Rules of Heavens, (the) Rules of (the) Lord of Heavens.





That is (a) biggest mistake (of mankind), but in our days whole people they like to be like Nimrods, saying: I am the Lord on earth! Ha? Ya Maulayi!... Ja. That is (a) biggest mistake... but they are forcing people: You must obey to me! For what? Who are you? You are like myself. You are putting rules on me, because behind of you there is some foolish crowding ones, like wolves... and you are trying to make an order on me? No, I am not accepting!





But when heavenly Power (is) coming, Rules from Heavens- (those), whom they are carrying that rules, they are just 1oo % different. What they are saying? They are saying: O man, obey or you are going to be finished! But people they are thinking that (there is) no any other one over themselves, (who) can order to them or (that) they may do everything as they like and (they are) making people to run on their imitated ways and they are falling into darkness, falling through depthless valleys.





The Lord of Heavens (is) calling every creation: O My creatures! That one... that one... he is My servant. He is or she is keeping My Orders, hearing and listening and obeying, so that everything, you must give your honours to him and don t harm him! Don t harm him in any way, no! You can t touch that one, no! That is the Order of Heavens to every atom through their names.





Therefore, safety for mankind is to obey to their Creator, to try to make their Creator happy with them and pleased with them and then He (is) granting to them (from) His kinds... from His endless Mercy Oceans, from His endless pleasure Oceans, from His endless Pleasement Oceans, from endless Beauty Oceans, from endless, endless, endless, endless Oceans!

People must learn! They should learn or they are going to be garbage through dustbin, no value! No value, (so Allah Almighty is) making them (His creatures) to give every harm (to those people)... harm is not enough for that word asa ... to make them (in) displeasure... If Allah Almighty (is) not saying: Give your pleasure to My obedient servants , everything should attack on people. When unseen creatures (are) running and attacking on a man, even one (of them) may take that person from life to death!





O people, you must try to believe (in) your Lords Power and Possibility that His possibility (is) endless Oceans! Possibility... understanding?... He can do everything with His unlimited Powers! He can do everything and no one can stop the Lord of Heavens to do like this and to do like that!





We need to believe in Him! We have everything, except belief. People, they have everything from materials, only they lost spirituality and their Lords Commands. Therefore, they are day by day coming down. Day by day they are falling through (the) darkness of an endless well that no one can take them out, except, if the Lord of Heavens (is) sending to you a rope. That rope it is impossible to be cut off, always (it) is ready. Keep that rope, you should be saved and rewarded and honoured and glorified in His divinely Presence.





May Allah forgive us! For the honour of most honoured and glorified one on His divinely Presence, S.Muhammad sws, Fatiha... Ya Rabbi, Shukr!... Welcome to you!





I was speaking for Nasrudin Hoca, (a) very popular one that he was only one servant, but his spirituality (is) covering mankind through centuries from East to West. And he was just a learned person and (he was) trying to teach people something that may be (of) too much benefit, maybe useful for people. He was advising to them. Once (he was) coming (to the) mosque and (he was) sitting... not like this.. (on the) official seat in (the) mosque... (he was) sitting and looking to people: Ma sha Allah! Very good people, good crowding here... Yes, o my listeners! Are you knowing what I am teaching to you? (And the) people (were) saying: No, Sir we are not knowing what you are saying to us. And he was saying: If you are not knowing, for what I am saying to you something? Ehhh...ma a Salaam! Oh! (The) people (were) going away... If you are not knowing, what I am saying, for what I am saying to you something? They left.





Next time... people (were) saying: Nasrudin Hoca, our teacher, our advisor, he (is) never speaking., (He is) asking that question and we are saying: We are not knowing and he is saying: (It) doesn t matter . This time we must say: We know.

And (on the) second occasion Nasrudin Hoca (was) standing (there), looking: Ma sha Allah! So many people here... As-salamu alaikum! Are you knowing, what I am saying to you? They are saying: Yes, Sir, we are knowing! If you are knowing, for what I am saying to you? And people, they were astonished. They were saying: This time we must say, some of ourselves: We know , some other say: We don t know.





(On) a third occasion Molla Nasrudin (was) coming and sitting: O, ma sha Allah! Good people... Are you knowing, what I am going to teach you? These people (were) saying: Yes, we are knowing and another group (was) saying: We are not knowing, Hoca Effendi, we are not knowing! Very good! Who (is) knowing, (they are) teaching unknowing people!

I am coming and saying to you: You know, what I am saying? , but you are not answering, therefore I am addressing to walls, and (the) floor and (the) ceiling... What we shall do!... Yalla, go away!



As-salamu alaikum...





Audhu bi-llahi mina shaitani rajim, Bsmillahir Rahmanir Rahim. Ya Rabbana, ya Rabbi-ghfir wa-rham wa Anta khairu Rahimin, innaka Afuwu Karim, tuhibbu-l afwa, fa-fuanna, ya Karim, bi jahi man arsaltahu Suratu-l Fatiha!

sumber : muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Sebuah Khotbah Nikah

Sebuah Khotbah Nikah

Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani qs







Pernikahan adalah salah satu perintah Tuhan, dan ini merupakan jalan para anbiya, termasuk manusia pertama, Adam (as) dan wanita pertama, Hawa (ra). Mereka melangsungkan pernikahannya di Surga, oleh sebab itu Allah (swt) memberikan suatu Wewangian Surgawi kepada setiap pasangan yang melangsungkan pernikahan agar mereka bahagia. Tetapi mereka sendiri harus menjaga wewangian itu sepanjang hidupnya, ini sangat penting. Dan sekarang kita memohon kepada Allah (swt) untuk melestarikan wewangian tadi bagi mereka berdua sepanjang hidupnya di dunia, dan kita berharap agar mereka akan bersatu di akhirat kelak, dalam kehidupan yang kekal. Itulah makna dari pelaksanaan upacara pernikahan bagi sepasang pengantin baru.



Kita bersyukur kepada Tuhan kita, yang menciptakan pria dan wanita, dan mengaruniai mereka dari Cinta Ilahiah-Nya. Jika Dia tidak menganugerahkan Cinta Ilahiah-Nya, tak seorang pun akan menemukan jodohnya. Dan Dia memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menjalani kehidupan yang mulia, dengan menjadikan orang saling berpasangan, bukannya satu wanita untuk semua pria atau seorang pria bagi seluruh wanita.



Suatu kehormatan bagi wanita, bahwa ia hanya diperuntukkan bagi seorang pria dan sebaliknya seorang pria hanya untuk seorang wanita. Itu merupakan suatu kemuliaan bagi mereka dalam kehidupan ini. Siapapun yang melanggar aturan tersebut, Allah (swt) tidak akan menyebut mereka sebagai orang yang terhormat. Oleh sebab itu kita memegang teguh upacara yang mulia ini, dan kita memohon kepada Allah (swt) agar mereka berhasil dalam menjalani kehidupan mereka bersama.



Para wanita hanya boleh memandang suaminya. Jika kalian ditanya, “Siapakah orang yang paling tampan di dunia?” Kalian harus menjawab bahwa suami kalianlah yang paling tampan. Begitu pula dengan para pria, siapakah orang tercantik di London? Istri kalian. Jika masing-masing melihat pada pasangannya, takkan ada lagi masalah, baik di London, di Inggris, di Turki, di Siprus, di Timur dan di Barat.



Ini adalah nasihat yang paling penting bagi pasangan yang baru menikah. Saya mendengar bahwa banyak pasangan yang mendaftarkan diri melalui petugas KUA. Setelah tiga hari, tiga minggu, tiga bulan, atau tiga tahun, keduanya menjalani jalan yang berbeda, karena mereka melihat (pada orang lain), yang wanita melihat pria lain; yang pria melihat wanita lain. Kalau demikian, pernikahan mereka tidak akan berusia panjang.



Sekarang kalian tengah membangun suatu ‘gedung’ baru, melangsungkan sebuah pernikahan, dan kita memohon kepada Allah (swt) untuk membuat kalian saling mencintai satu sama lain.



==00==



Kalian harus tahu, kalian semua: Jangan menyakiti hati istri kalian, jangan menyakiti hati istri kalian! Buatlah (suasana) agar mereka senantiasa bahagia dengan kalian; kalau tidak, ketika kalian datang, mereka akan pergi. Mengerti? Jagalah agar mereka tetap bahagia. Dengan demikan mereka pun akan berusaha membuat kalian bahagia.



Bawakan dia beberapa perhiasan (emas), seperti ini, seperti itu, sehingga dia akan senang denganmu. Lakukanlah selalu; ketika istrimu marah kepadamu, bawakanlah sesuatu yang disukainya.



==00==





Wanita sangat beruntung, di dunia dan di akhirat kelak. Mengapa? Karena tidak ada pertanyaan bagi mereka.



Pada Hari Kebangkitan, setiap wanita akan datang bersama suaminya dan ketika sang suami masuk surga, istrinya pun akan masuk bersamanya. Tak ada pertanyaan bagi mereka. Tetapi kalian—para pria—akan mendapat begitu banyak pertanyaan.



Kalian mengerti? Tunjukkan paspor kalian di depan pintu surga, masuklah, dan istri kalian akan masuk bersama kalian. “Ini istrimu?” Allah ‘Azza wa Jalla akan bertanya pada kalian. Kalian akan menjawab, “Ya.” “Kamu bahagia bersamanya?” Jika kalian menjawab, “Ya”; Allah (swt) akan berkata, “Bawa dia masuk ke dalam surga.”



Tetapi jika kalian berkata, “Ya Tuhanku, Aku tidak pernah puas dengannya. Dia terlalu banyak bicara!” Lalu Allah (swt) akan berkata, “Stop! Berdiri! Mengapa kamu tidak bahagia dengannya? Dia adalah hijab antara dirimu dengan neraka. Jika dia tidak bersamamu, kamu pasti sudah tergelincir ke jurang neraka. Oleh sebab itu mereka semua lebih berharga daripada kalian.”



Ya, karena jika istri kalian tidak melayani kalian sebagai hijab, kita semua akan terjerumus ke dalam neraka, tak seorang pun yang akan mengeluarkan kita, kecuali isteri kita, tempat berlindung kita. Jadi di siang hari, ketika kalian hendak berangkat kerja, raihlah tangan istrimu (Syaikh Nazim ق menunjukkan gerakan mencium tangan), begitu pula di malam hari. Kalian harus memperlakukan istri kalian dengan lembut. Ya, hal ini adalah benar, mutlak, pasti dan bahkan sangat benar.



Oleh sebab itu kalian harus menjaga hak-hak mereka. Kalian, para pria suka melakukan kekejaman terhadap wanita dan tidak mempedulikan hak-hak mereka. Setiap orang harus menjaga hak-hak mereka (wanita). Allah (swt) akan bertanya, “Mengapa kalian tidak merasa puas terhadap istri kalian? Apa masalahnya, karena dia adalah yang menjadi hijab antara kalian dengan neraka, apakah dia tidak menjaga rumahmu? Apakah dia tidak memasak? Tidak mencuci? Tidak merawat anak-anak? Tidak bersih-bersih?” Allah (swt) akan bertanya.



Tidak ada kewajiban bagi wanita untuk melakukan suatu pekerjaan. (Menurut syariah Islam, sebenarnya pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak merupakan tugas pria atau suami. Jika istri tidak sanggup atau tidak ingin merawat anaknya, maka si suami bertanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi anaknya. Namun karena sudah menjadi kebiasaan, maka istrilah yang mengerjakan hal-hal tersebut. Syaikh Nazim (qs) mengatakan bahwa pria harus bersikap lebih apresiatif, arif dan menolong bukannya memanfaatkan istrinya untuk mengurus rumah dan merawat anaknya.) Kalian (pria) harus melakukannya: mencuci, bersih-bersih, dan merawat anak-anak. Dalam syariah, Allah (swt) bahkan tidak memerintahkan wanita untuk memberikan susu kepada anak-anak kalian. Itu termasuk tanggung jawab kalian, wahai pria. Kalian harus menyediakannya (susu), kalian harus membayarnya.



Kalian memberi bayaran pada wanita? Untuk setiap bayi yang dia lahirkan, kalian harus membawakan rantai emas (perhiasan) untuk istrimu. Ya, ketika dia memberikan susunya kepada si bayi, kalian harus membayarnya, bukannya mengatakan, “Kamu dapat melakukannya, kamu bisa menemukan seseorang untuk memberi susu kepada bayimu.”



Jangan menyuruhnya untuk bekerja! Dia hanyalah sebagai hijab antara kamu dengan hal-hal yang haram, itulah tugasnya. Segalanya berada di pundak pria, tetapi mereka (wanita) mau melakukannya… karena mereka bersyukur kepada kita, mereka melakukannya dengan sukarela. Apakah kamu sekali-sekali pernah mencuci?

SUMBER :muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Hakikat ilmu tauhid

Pengertian Tauhid

Mengesakan Allah , tuhan yang tiada sekutu bagiNya, yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, kesucian, kebesaran dan keadilan .

Pengertian Iman

Keyakinan yang kukuh dengan hati, mengakui dengan lidah dan melaksanakan dengan anggota.

Rukun Iman dan Pengertiannya

Rukun

* Percaya kepada Allah

Sifat Allah

* Percaya kepada Malaikat

Malaikat yang wajib dipercayai secara tafsili

* Percaya kepada Kitab

Kitab Samawi

Al-Quran


Injil


Zabur


Taurat

Muhammad


Bahasa Arab


Isa


Bahasa Siryani


Daud


Bahasa Qibti


Musa


Bahasa Ibrani

* Percaya kepada Rasul

1. Adam 2. Idris 3. Nuh 4. Hud 5. Saleh
6. Ibrahim 7. Luth 8. Ishak 9. Ismail 10. Ya’qub
11. Yusuf 12. Ayub 13. Syu’aib 14. Harun 15. Musa
16. Ilyasa’ 17. Zulkifli 18. Daud 19. Sulaiman 20. Ilyas
21. Yunus 22. Zakaria 23. Yahya 24. Isa 25. Muhammad S.A.W.

* Percaya kepada Hari Akhirat
* Percaya kepada Qadha dan Qadar
o Arti Qadha’ adalah perlaksanaan setiap satu perkara
o Arti Qadar pula adalah ketentuan setiap satu perkara
o Oleh itu percaya kepada Qadha’ dan Qadar adalah setiap perkara yang terjadi itu adalah kehendak dan ketentuan Allah

SUMBER : http://ardhi88.wordpress.com/hakikat-ilmu-tauhid/
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Sohbat (nasihat agama) KH Mustafa Mas'ud Haqqani

Shohbet Syaikh Mustafa Mas'ud Haqqani
Di Masjid Al Ikhlas Semarang
Tanggal 19 Feb 2006

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Allaahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammadiw wa 'alaa
aalihi wa Shahbihi ajma'iin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Allah Allah Aziz Allah
Allah Allah Subhan Allah
Allah Allah Sulthon Allah
Allah Allah Karim Allah

Saudara-saudariku,
Mari kita rentas tali hubungan yang hidup antara kita
dan Allah untuk menghidupkan majlis ini, untuk membuka
antenna parabola kita supaya yang dibilang oleh Prof.
Dr. Amin Syukur tadi bisa di clearkan. Beliau bilang
dengan rendah hati meminta maaf tidak bisa menyambut
dengan sebaik-baiknya, tapi yang beliau berikan sudah
lebih dari apa yang kita semua dapat capai, karena
beliau menyambut kita dengan doa. Moga-moga ridho
Allah terlimpah kepada kita. Apa ada hal yang lebih
baik dari yang dibilang Pak Amin ? Tidak ada, sudah
sangat bagus sekali. Tapi begitulah saudara-saudariku
kita
harus mengambil posisi dan memproposisikan diri
dikehidupan kita.
Mari kita tarik dan kita rentas hubungan real antara
kita dengan
Allah.

Allah Allah Aziz Allah
Duh Gusti kulo niki hina, mboten wonten napa-napane
(Ya Allah, saya ini hina, tidak mempunyai apa-apa).
Aku adalah kesempurnaan dari ketidak berdayaan diri.
Engkaulah yang maha Perkasa. Engkaulah yang
Maha Suci. Monggo di gesangake (mari kita hidupkan)
pertalian antara dua titik (hamba dan Allah) yang kita
hidupkan dengan tulus. Itulah Islam, itulah
penghambaan diri kita kepada Allah. Itu awal dari
langkah kita untuk menjemput rahmat Allah. Rahmat
memang diturunkan
kepada kita, seperti partikel di udara, tak terbilang,
tak pernah terhenti. Begitu ada ruang kosong, masuk
dia (baca: udara). Itulah rahmat Allah. Rahmat yang
mengimplikasikan barakah ridho dan keabadian karunia
di alam baqa, yang bermula dari karsa. Karena itu
kita sudah dimerdekakan oleh Allah untuk membangun
sendiri karsa dikehidupan. Kita berada dalam track
kehidupan yang seperti itu.

Allah Allah
Allah Allah Karim Allah
Oh… Allah…kehidupanku, kehidupan kami adalah suatu
sense, suatu kesadaran mengenai mengenai kefakiran dan
kebutuhan yang tiada pernah henti. Suatu kebutuhan
belum tunai, datang kebutuhan lain. Aku dan kami tak
berdaya Ya Allah. Engkau beri suatu gita dalam
kehidupan kami untuk selalu butuh, padahal kami
lumpuh, buntung, tidak apapun, tapi untung Engkau maha
kaya dan pemurah. Engkau suruh kami untuk hidup secara
baik dan benar begitu diberitahukan oleh kekasihmu
Muhammad, yang selalu kami lupa. Kau suruh kami untuk
menjadi baik dan benar., Kami sedang membangun
keyakinan. Mana mungkin kami berjalan dengan baik dan
benar bila Engkau tidak akan mencukupi kami. Yang
tidak kami mintapun Engkau memberi.

Allah Allah Subhan Allah
Duh Gusti Kulo niki keliru terus Gusti. Mboten
leren-leren. (Ya Allah, kami ini banyak salahnya,
terus menerus berbuat salah). Maju sedikit mandur
banyak, maju sedikit mundur banyak lagi, maju sedikit
mundur banyak lagi. Akhirnya kemunduran yang aku
jalani. Hakekat kehidupan kita ini adalah suatu
kemunduran yang tidak bisa dibendung. Untung Engkau
Maha Suci, memberi aku, memberi kami semua
suatu track kehidupan yang positif " Innaa sholata
kaanat `alal mu'miniinaa kitaaban mauquta." Engkau
jaga kami dengan periode yang begitu close circuit,
keliru Engkau hadang dengan tasbih, Engkau beri,
Engkau luberkan kecucianMu, Engkau ajari kami bahwa
ketika
Nabi Muhammad dulu lahir, terlahir didunia ini dengan
karsa serta manifestasi dari rahmatMu, seluruh isi
cakrawala bertasbih.
Subhanallah Walhamdulillah Walaa illaahaillallah
Allahu Akbar.
Engkau suruh kami untuk berada dalam close circuit
dikehidupan ini bernyanyi bersama malaikat untuk
meraih dan menggapai Nabi Muhammad. Maha Suci Engkau
Ya Allah.


Allah Allah
Allah Allah Sulthon Allah
Engkau adalah puncak kesadaranku Ya Allah. Engkau
adalah sulthan, sulthan diantara sulthan-sulthan yang
ada. Abadilah Engkau di pusat kesadaranku Ya Allah,
bahkan di akar kesadaranku.

Saudara-saudariku,
Ketika aku dan kamu telah beranjak lebih maju untuk
mengabadikan Allah sebagai tumpuan di puncak kesadaran
kita, itulah dzikir, itulah Islam, itulah Ihsan. Anta
buddallah kaanaka taroohu fainlam takun taroohu
fainnahu yarooka (Ihsan adalah engkau menyembah Allah
seakan-akan engkau melihatNya, dan jika engkau tidak
melihatNya sesungguhnya Dia melihatmu). Kapan aku dan
kamu punya prakarsa untuk mengahadirkan Allah dalam
ruang lingkup consciousness/ kesadaran
kita. Itulah masalah kita.

Saudara-saudariku,
Aku adalah `hadam' (peladen, kacung, pelayan) dari
tarekat naqshbandi. Kalau disebut "Haqqani" hanya
karena Mursyid-ku adalah Muhammad Nazim Adil Al
Haqqani, sulthanul auliya hadzihiz zaman,
artinya siapa diantara kalian disini yang telah
related dengan Tarekat Naqshbandi, that means "same
with me". Mau Qodiriyyah naqshbandi, sama. Mau
naqshbandi kholidiyah, sama. "Naqshbandi". Naqshbandi
adalah sesuatu yang menjadi sebutan attributive untuk
menghadirkan Allah dengan sistematis yang kalau mau
diungkap gambarannya dengan abstrak akan menyebabkan
jidat kita berkerut. Aku mau bercerita, dan
dengarkanlah dengan tawajuhmu, saudara-saudariku.

1427 tahun yang lalu ketika Rosulullah SAW harus
hijrah ke Madinah. Beliau mengajak Sayyidina Abu Bakar
orang yang sangat dekat dengan Beliau untuk menjadi
pendamping Beliau dalam perjalanan menuju ke
Madinah. Sayyidinia Abu Bakar dengan penuh adab yang
bersungguh, kata kuncinya dengan "Penuh Adab yang
Bersungguh", di ajak ke Madinah. Harusnya dari
kediaman Beliau berjalannya adalah ke Utara, karena
Madinah secara geografis terletak di Utara dari Mekah,
tetapi
Rosulullah berjalan menuju ke Tenggara. Sayyidina Abu
Bakar boro-boro (baca : tak sedikitpun) complain
(mengeluh), criticizing, bertanya pun tidak, jare nang
(katanya menuju) Madinah, lha kok ngidul (kenapa lewat
Tenggara). Itu cerminan dari Adab. Dengan penuh
kecintaan, Sayyidina Abu Bakar yang lebih tua dari
Rosulullah, yang punya kelayakan psikologis untuk
mempertanyakan, untuk meminta kejelasan seperti yang
barangkali terjadi dalam kehidupan kita sekarang yang
menjadi ruh dari reformasi, segala hal dipertanyakan
sehingga batasan antara adab dan tidak adab, luber,
hilang.

Sayyidina Abu Bakar tidak bertanya, Beliau ikut saja
apa yang dibuat oleh Rosulullah, karena di hati Beliau
ada "CINTA" dan PERCAYA" dan sesuatu yang tidak lagi
perlu "TAWAR MENAWAR". Rosulullah, Al Amin,
tidak pernah keluar dari lidah Beliau sesuatu yang
tidak patut tidak dipercaya. Pribadinya penuh pancaran
kecintaan. Mencintai dan sangat pantes dicintai.
Pribadinya begitu rupa menimbulkan `desire',
suatu kerinduan. Ini sebenarnya yang menjadi sangat
penting untuk dijelaskan.

Beliau berjalan, dan Sayyidina Abu Bakar mengikuti.
Ketika akan sampai, agak 8 km dari arah Masjidil
Haram, baru Sayyidina Abu Bakar sadar. "Ooo … mau
istirahat ke Jabal/Gua Tsur, karena sudah mendekati
Gunung Tsur. Ketika Rosulullah naik, Oooo…kesimpulan
Sayyidina Abu Bakar, with no curiousity, tidak dengan
rewel, tidak dengan mempertanyakan, memaklumi.

Islam adalah tuntunan dari Allah Ta'ala. Pertama-tama
kita bukan `ngerti'. Pertama yang harus kita buat
adalah Cinta, menghargai, kesediaan mematuhi dengan
sangka baik. Tanpa kaca mata tersebut, kita tidak akan
mengerti Islam. Islam hanya menjadi "The
Matter of Transaction", tawar menawar. Itu tidak
terjadi pada Abu Bakar. Begitu Rosulullah mau naik ke
arah gua, di Jabal Tsur itu, maka kemudian Beliau (Abu
Bakar) menarik kesimpulan "Oooo … Rosulullah mau
istirahat di Gua Tsur." Beliau (Abu Bakar) mengerti
sebagai orang gurun, tidak akan pernah ada lubang
bebatuan di gunung, pasti ada ular berbisanya. Itu
`Reason', pikiran digunakan sesudah Cinta, sesudah
tulus, sesudah bersedia untuk patuh. Itu namanya
pikiran yang Well Enlighted, pikiran yang tercerahkan,
bukan pikiran yang cluthak (pikiran liar), yang bisa
bertingkah macam-macam menimbulkan problem. Beliau
Abu Bakar kemudian mendekati Rosulullah "Kasih aku
kesempatan masuk. Rosulullah dan Abu Bakar,
interespecting, saling menghargai. Sayyidina Abu Bakar
masuk gua. Gua itu kecil kalau diisi 3 orang, Pak
Joko, Pak Amin dan saya (Syaikh Mustafa), barangkali
sudah kruntelan disitu, kayak bako susur yang
dijejel-jejelkan (dimasukkan) ke mulut. Sayyidina Abu
Bakar masuk, beliau cari, bener ada lubang disitu.
Beliau buka slippernya/ sandalnya, ditaruhnya kaki
kanannya di mulut lubang itu. Dengan cinta, Beliau
korbankan kakinya untuk Rosulullah. Beliau
tidak mau Rosulullah digigit ular. Akhirnya kakinya di
catel, digigit oleh ular. Kemudian Beliau bilang,
Silakan Masuk Rosulullah dengan penuh cinta, dengan
penuh pengorbanan dan husnudzon. Rosul masuk dan
berbaring dipaha Abu Bakar. Rupanya Rosulullah terkena
angin sepoi-sepoi pagi. Beliau tertidur. Ketika Beliau
tertidur, ketika itu pulalah Abu Bakar menahan bisa
dari ular yang sudah mulai menjalar ke seluruh tubuh.
Abu Bakar berkeringat, dan diriwiyatkan
bahwa keringatnya sudah berisi darah. Tetesan keringat
Abu Bakar mengenai Rosulullah. "Nangis kamu, kata
Rosulullah." "Tidak, jawab Abu Bakar, kakiku digigit
ular." There was something happen.
Ditariknya kaki Abu Bakar dari lubang itu, maka
kemudian Rosulullah membentak si Ular " Hai…Tahu nggak
kamu, jangankan daging, atau kulit Abu Bakar, bulunya
pun haram sama kau." Dialog Rosulullah dengan Ular itu
didengar pula oleh Abu Bakar As Shidiq, berkat
mukjizat Beliau. Jawab si Ular "Ya aku ngerti kamu,
bahkan sejak ribuan tahun yang lalu ketika Allah
mengatakan "Barang siapa memandang kekasihKu-Muhammad-
fi ainil mahabbah / dengan mata
kecintaan", Aku anggap cukup untuk menggelar dia ke
surga. Kata Ular " Ya Rabb, beri aku kesempatan yang
begitu cemerlang dan indah.
Aku (ular) ingin memandang wajah kekasihMu fi ainal
mahabbah. Jawab Allah " Silakan pergi ke Jabal Tsur,
tunggu disana, kekasihKu akan datang pada waktunya.
Ribuan tahun aku menunggu disini. Aku digodok
oleh kerinduan untuk jumpa engkau, Muhammad. Tapi
sekarang ditutup oleh kaki Abu Bakar, maka kugigitlah
dia. Aku tidak ada urusan dengan Abu Bakar, aku ingin
ketemu kamu, ya Muhammad. "Lihatlah, ini
lihatlah wajahku, kata Rosulullah." Ular itu memandang
Rosulullah dengan penuh kecintaan, sesudah itu matilah
dia. Datang ajalnya yang ma'tub, meninggal dengan
sempurna. Ular itu telah mendahului kita
untuk menyimpan rindu untuk bertemu Rosulullah ribuan
tahun yang lalu.

Aku dan kamu setiap hari secara mauqut diberikan
kesempatan untuk mengucapkan "Assalamu'alaika ya
ayyuhan nabiyyu warahmatullah". Tapi with no sense,
with no heart, belum sempat Rosulullah kita pindahkan
ke perasaan, ke hati kita, belum sempat
akherat kita hadirkan ke dalam rasa kita Bagaimana aku
dan kamu bisa menjadi `abid, bagaimana aku dan kamu
menjadi shakir, bagaimana aku dan kamu menjadi
muttaqiin dan seterusnya dan seterusnya. Itulah
persoalan kita. Maha mulia Allah yang memberi kita
rahmat dan taufiq pagi ini, supaya aku dan kamu
berkhitmad.

Sesungguhnya persoalan hidup kita sederhana,
berhentilah dari lalai, berhentilah dari sembrono,
berhentilah dari kebiasaan suka menunda, berhentilah
dan keluar dari benua tidak tanggung jawab.
Kalau ada kewajiban untuk membersihkan, kenapa harus
nyuruh orang, kalau itu bisa dilakukan sendiri.
Sedangkan kalau ada keenakan, cepat-cepat ditarik dan
dimasukkan ke kantong sendiri. Keluarlah aku dan kamu,
saudara saudariku dari semua kebiasaan buruk itu.

Nggak ada cerita Islam, nggak ada cerita Iman, nggak
ada cerita Ihsan tanpa usaha kita untuk membebaskan
diri dari hal yang nista. Kegiatan Abu Bakar As
Shiddiq membersihkan diri dari hal-hal yang nista. Ini
pelajaran yang sangat essential, bukan textual. Cerita
tentang Islam seperti terdeskripsi dalam qur'an, dalam
hadits, tidak dapat kita tangkap muatan sebenarnya
yang ada didalamnya bila tidak dengan hati, with no
sense, with no heart. Gaya hidup di dada Abu Bakar
dalam bercinta, dalam berkerendahan hati, dalam
berketulusan,
dalam berkesediaan untuk patuh, dan untuk membuat
pengkhidmatan, itu adalah rukun Islam yang tidak
tertulis. Semua ini adalah muatan di
dalam kehidupan Rosulullah. Seperti yang saya sebut
dengan cerita tadi, ketika sudah mati ular yang mulia
itu, Rosulullah meminta jin yang sedang ada di gua itu
untuk mengebumikan jenazah ular min ahlil
jannah itu. Maka kemudian dikebumikanlah ular itu oleh
jin penjaga gua.

Ketika itulah terjadilah kongregasi, dari ruhaniah
yang dijemput dari alam barzah maupun alam azali.
Semua orang yang sudah barzahi atau yang masih azali
ruhnya dihadirkan untuk berkhitdmat, berdzikir kepada
Allah Ta'ala, yang mana dzikirnya disebut "Khtm
Khwjagan". Inilah yang disebut "Naqshbandi". Aku
berkhidmat untuk itu. Tarekat itu seperti kemasan
permen fisherman ini. Kalau kemasan
permen ini dibuka, isinya "Islam Plus Sungguh". Islam
yang cuman textual dan yang spiritually diajarkan oleh
Rosulullah, itu tergambarkan begini : "Yang namanya
"Ulama adalah orang yang tahu
bagaimana mengartikulasikan perintah-perintah Allah
yang ada di qur'an dan yang ada di hadits nabi.
Seseorang yang punya kapasitas untuk menggambarkan
apa-apa perintah Allah. Tapi orang yang tahu
menterjemahkan irodah/ kehendah Allah, bukan Amru
Allah itu adalah wali. Wali adalah manusia-manusia
yang bisa menarik sesuatu yang merupakan dari diri
Rosulullah.

Kisah Uways Al Qorni
Ketika Rosulullah mau wafat, beliau berpesan kepada
Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali agar baju yang
dipakainya diberikan kepada Uways Al Qorni Al Yamani.
Sayyidina Ali bertanya dalam hati : Siapa dia,
begitu istimewanya mendapatkan atensi yang besar dari
Rosulullah.
Uways Al Qorni adalah orang yang tidak pernah ketemu
Rosulullah physically, tapi tidak sedetikpun berpisah
dengan Rosulullah. Dia juga sangat mulia
pengkhidmatannya pada ibunya. Sayyidina Umar
kurang senang mendengar Rosulullah yang dicintai,
bicara tentang kematiannya. Setelah Rosulullah wafat
dan selesai dimakamkan, Sayyidina Ali bertanya kepada
Sayyidina Umar, Ingatkah kau pesan
Rosulullah." Tentu aku ingat pesan Rosulullah untuk
berpegang kepada qur'an dan sunnah Beliau. "Bukan itu,
jawab Sayyidina Ali, tapi menyerahkan baju yang
dikenakan Rosulullah ini kepada Uways Al
Qorni. Oh..ya kelalen aku...lupa aku. Keduanya
kemudian menuju ke Yaman, suatu kota kecil yang
entitasnya kecil. Ketika sampai di Yaman, Beliau Tanya
kepada orang-orang disana, dan banyak orang yang
tidak mengenal nama "Uways Al Qorni. Rupanya Uways Al
Qorni, itu di Yaman, di desanya namanya tidak
terkernal, kalau disini seperti "Sarimin" atau
"Sariman". Akhirnya, singkat cerita, keduanya
ketemu Uways Al Qorni yang sedang menyulam kurma
dengan ibunya.

Uways Al Qorni membelakangi Ali dan Umar, tapi bisa
mengatakan "Cepat kesini, serahkan baju itu kepadaku.
Ali dan Umar heran, tidak melihat kenapa bisa tahu.
Lebih heran lagi Uways Al Qorni bisa mengetahui siapa
yang sedang berhadapan dengannya, yaitu
Ali dan Umar. Berkat kecintaan Uways Al Qorni ini
dibukakan oleh Allah Basyirah. Jadi, syarat datang ke
Islam adalah membawa kecintaan, karena sudah
ditanamkan sejak jaman azali, dan akhlaq yang kita
bangun adalah menghadirkan Rosulullah ke dalam diri
kita.
Uways Al Qorni adalah salah satu sosok yang hidup pada
masa Rosulullah, tapi tidak pernah bertemu secara
fisik, namun tak sedetikpun terlepas dengan kehadiran
Rosulullah.

Allahumma inna nas aluka antas toyyiqabana minal
ghaflah ilal khudur amma naka wa ammanar rosul wa
ammanal masayih. (Mohon maaf bila kesalahan text
kalimat, karena keterbatasan penulis). Ya Allah, aku
mohon kepadaMu, bangkitkan aku dari lalai, untuk
selalu terus dengan Kamu, dan selalu terkait dengan
Rosul, dan selalu terkait Syaikh.

Wa min Allah at taufiq
Al Fatehah
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

SUMBER : http://www.mail-archive.com/
kmnu2000@yahoogroups.com/msg05188.html
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Nasihat Kyai



Nasehat ini dikutip dari kiriman email Dedy HB. Wicaksono pada milis NU Nihon. Saudara Dedy sendiri mengutip email Fidri Beno yang baru saja berkunjung ke Al-Walid al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy Pekalongan, Ketua Jam'iyyah Ahlut Tariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMN), organisasi di bawah NU yang mengkoordinasi jemaah tarekat Mu'tabarah. Mengingat pentingnya isi dari nasehat ini, maka redaksi memuatnya untuk kaum muslimin sekalian. Namun karena beberapa nasehat yang disampaikan kepada tamu-tamu beliau ini terdapat beberapa poin yang berbeda maka redaksi akan memuatnya secara terpisah dengan judul yang terkait.

Seorang muslim agar mendapatkan keselamatan Insya ALLAH, di dalam agama, dunia dan akhirat haruslah memegang teguh beberapa prinsip ini.
Pegang teguh teladan salaf shalihin

Baik itu thariqah-nya, akhlaknya, amal salehnya. Pegang teguh dan kuat mantap, walaupun kamu sampai sulit dan kere (sangat miskin) tetaplah teguh memegang teladan Salaf Shalihin. Gigit kuat dengan gerahammu, jangan dilepas jika kamu ingin selamat dan mendapat ridho-Nya.
Jadikanlah keimanan sebagai Imam

Bukan akal yang menjadi ujung tombaknya. Hati-hati di akhir jaman ini, akan dan sudah banyak muncul paham dan orang-orang yang lebih mengedepankan akal-rasio-logika dibandingkan imannya. Seharusnya Iman menjadi imamnya, akal & logika menjadi makmumnya, mengikuti iman. Tinggalkan pendapat orang-orang yang mengedapankan akalnya dibanding imannya. Percuma dan sia-sia waktumu jika menanggapi orang-orang yang demikian, kamu akan rugi dunia akhirat. Karena bagaimana mungkin akal manusia bisa menerima seluruh kebesaran khazanah kerajaan Allah SWT, hanya keimanan yang dapat menerima kebesaran Allah SWT.
Ziarah shalihin

Baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup, dan kuatkan tali ikatan silaturahim. Berziarah (mengunjungi) kaum shalihin jangan hanya ketika ada maunya, kalau ada perlunya saja. Hal itu baik tidak terlarang, tetapi kurang kemanfaatannya untuk jangka panjang. Hanya untuk kebutuhan-manfaat sesaat belaka, sungguh sangat disayangkan. Tetapi alangkah baiknya kita berziarah sholihin itu karena mahabbah ilaa mahbub, kecintaan kepada yang dicintai. Kalau hal ini dijalin dengan baik maka ia akan mendapat limpahan madad (pertolongan), sirr asrar (rahasia) dan jaah (essence, intisari) dari ziarahnya. Dan sering silaturahmi itu menimbulkan kecintaan dan keridhoan Allah SWT kepada orang yang menjalin hubungan silaturahmi, sehingga rahmat dan berkah serta maghfirah Allah SWT terlimpah kepadanya. Jauh dari bala’, musibah, penyakit dan diberi kelancaran rezeki. Insya Allah.
Jangan suka membeda-bedakan

Ini penyakit yang timbul dan tumbuh di akhir jaman ini. Jangan beda-bedakan itu suku apa, kabilah apa, bangsa apa, partainya apa, thariqah-nya apa, madzhab-nya apa dan sebagainya. Itu urusan Allah SWT, kita ini manusia, hamba-Nya, makhluk ciptaan-Nya, jangan suka usil ikut campur urusannya Allah SWT. Makanya sekarang berbagai macam bala’, musibah bertubi-tubi datang. Karena ulah manusia itu sendiri. Yang suka sok tahu, sok jago, sok suci, sok pintar bukan kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, malah ikut campur urusan Allah SWT. Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana lagi Maha Berkehendak, Allah SWT yang akan menghukumi, menentukan secara mutlak kelak di pengadilan Ilahi Yang Maha Adil bagi seluruh makhluk-Nya. Segala sesuatu misal pengadilan itu semua adalah bentuk ikhtiar manusia belaka di muka bumi ini secara syariat. Ketentuan yang mutlak benar dan salah adalah di tangan Allah SWT di hari kemudian. Keyakinan dan keimanan ini harus ditanam kuat dan kokoh dilubuk sanubari keimanan kita.
Jangan tinggal tiap hari membaca Al-Qur’an, shalawat kepada Rasulullah SAW, taat kepada guru/syaikh/mursyid dan birul walidain (berbakti kepada orangtua)

Jadikan hal ini semua awrad-mu. Jangan tinggal hal tersebut. Membaca Al-Qur’an walau satu ayat setiap harinya. Memperbanyak membaca shalawat kepada Baginda Nabi SAW jadikan hal ini semua awrad (wirid yang dilakukan istiqomah) bagi diri kita demi menggapai kebahagian dan keselamatan di dalam agama, dunia dan akhirat.

Cukup sudah lima hal ini kamu pegang erat-erat, Insya Allah, Taufik Hidayah dan Inayah Allah SWT melimpah dan turun kepadamu.

SUMBER :http://pesantren.or.id.29.masterwebnet.com/ppssnh.malang/cgi-bin/content.cgi/artikel/nasihat_kyai/
habib_lutfi_yahya-memburu_pertolongan_allah.single
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Asal-Usul Para Wali: NASAB PARA PELOPOR DA’I YANG MASUKKAN ISLAM KE PULAU JAWA

Asal-Usul Para Wali: NASAB PARA PELOPOR DA’I YANG MASUKKAN ISLAM KE PULAU JAWA

Ditulis oleh Kurtubi di/pada 10 Januari, 2007

Abu Salam Jumad gelar SUSUHUNAN ATAS ANGIN, bin Makhdum Kubra bin Jumad al-Kubra bin Abdallah bin Tajaddin bin Sinanaddin bin Hasanaddin bin Hasan bin Samaim Bin Nadmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

Na’im gelar SUSUHUNAN WALI ALLAH, bin Abdul-Malik Asafrani bin Husain Asfarani bin Muhammad Asfarani bin Abibakar Asfarani bin Ahmad bin Ibrahim Asfarani bin Tuskara, imam Yamen, bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Jasmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zaid al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN TEMBAJAT bin Muhammad Mawla al-Islam bin Ishaq gelar WALI LANANG DARI BALAMBANGAN, bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jamad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahnul al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdad bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Wahid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN GIRI bin Islam gelar WALI LANANG DARI BELAMBANGAN, bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abudrahman bin Abdullah al-Baghdad bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmadin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Zali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

Hasanaddin gelar PANGERAN SABAKINKING bin Ibrahim gelar SUSUHUNAN GUNUNG JATI bin Ya’qub gelar Sutomo Rojo bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

KIAHI AGENG LURUNG TENGAH bin Syihabuddin bin Nuradin Ali bin Ahmad al-Kubra al-Madani bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN DRAJAT bin SUSUHUNAN AMPEL bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghadadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin Al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN BONANG bin SUSUHUNAN AMPEL bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN KALINYAMAT bin Haji Usman bin Ali gelar RAJA PENDETA GERSIK, bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zainal-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alimbin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

Ibrahim gelar SUSUHUNAN PUGER bin askhian bin Malik bin Ja’far al-Sadiq bin Hamdan al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN PAKALA NANGKA dari Banten bin Makhdum Jati, Pangeran Banten, bin Abrar bin Ahmad Jumad al-Kubra bin Abid al-Kubra bin Wahid al-Kubra bin Muzakir Zain al-Kubra bin Ali Zain al-Kubra bin Muhammad Zain al-Kabir bin Muhammad al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-husain bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN KUDUS bin SUSUHUNAN NGUDUNG bin Husain bin al-Wahdi bin Hasan bin Askar bin Muhammad bin Husain bin Askib bin Muhammad Wahid bin Hasan bin Asir bin Al bin Ahmad bin Mosrir bin Jazar bin Musa bin Hajr bin Ja’far al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husein bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN GESENG bin Husain bin Al-Wahdi,etc. lihat diatas.
SUSUHUNAN PAKUAN bin al-Ghaibi bin al-Wahdi,etc. lihat diatas.

SUSUHUNAN KALIJOGO bin TUMENGGUNG WILO TIRTO, Gubernur Jepara, bin ARIO TEJO KUSUMO, Gubernur Tuban, bin Ario Nembi bin Lembu Suro, Gubernur Surabaya, bin Tejo Laku, Gubernur Majapahit, bin Abdurrahman gelar ARIO TEJO Gubernur Tuban, bin Khurames bin Abdallah bin Abbas bin Abdallah bin Ahmad bin Jamal bin Hasanuddin bin Arifin bin Ma’ruf bin Abdallah bin Mubarak bin Kharmis bin Abdallah bin Muzakir bin Wakhis bin Abdallah Azhar bin ABBAS r.a. bin Abdulmuttalib.

SUMBER : http://santribuntet.wordpress.com/2007/01/10/
asal-usul-para-wali-nasab-para-pelopor-da%e2%80%99i-yang-
masukkan-islam-ke-pulau-jawa/#comment-3186
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

The Golden Chain of the Spiritual Transmission of the Naqshabandi Khwajagan Masters



The Golden Chain of the Spiritual Transmission

of the Naqshabandi Khwajagan Masters





1. The Holy Prophet Muhammad Mustafa (Peace be upon him)

2. Abu Bakr as-Siddiq (ral)

3. Salman al Farsi (ral)

4. Al-Imam Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (ral)

5. Al-Imam Ja'far as-Sadiq (ral)

6 Abu Yazid al Bistami (ral)

7. Abul Hasan al Kharqani (ral)

8. Abu Ali al Farmadi (ral)

9. Yusuf al Hamdani (ral)

10. Abul Abbas (Khidr, upon whom be peace)

11. Abdul Khaliq al-Ghujadawani (ral)

12. Arif Righwari (ral)

13. Mahmud al Faghnawi (ral)

14. Ali Ramitani (ral)

15. Muhammad Baba Sammasi (ral)

16. Seyyid Amir Kullal (ral)

17. Qutub at Tariqah Shah Bahauddin Naqshband al Uwaysi al Bukhari (ral)

18. Alauddin Muhammad al Attar (ral)

19. Ya'qub al Charkhy (ral)

20. Ubeydullah al Ahrar as-Samarqandi (ral)

21. Muhammad az Zahid (ral)

22. Dervish Muhammad al Bukhari (ral)

23. Hajegi Emkeneki as Samarqandi (ral)

24. Muhammad al Baqibillah as Samarqandi (ral)

25. Mujaddid al Alf ath Thani Imam Rabbani Ahmad Faruq as Sirhindi (ral)

26. Urwat ul Wuthqa Muhammad Ma'sum ar Rabbani (ral)

27. Haji Sayfuddin ar Rabbani (ral)

28. Nur Muhammad al Badwani (ral)

29. Habibullah Mizra Jan i Janan al Mazhar (ral)

30. Ghulam Ali Abdullah ad Dehlawi (ral)

31. Ziyauddin Abu Naasan Muhammad Khalid al Baghidadi ash Shami (ral)

32. Sheikh Ismail an Narani (ral)

33. Khas Muhammad Shirwani (ral)

34. Sheikh Muhammad Yaraghi (ral)

35. Sayyid Jamaluddin al Ghumuqi al-Husseini (ral)

36. Abu Ahmed as Sughuri (ral)

37. Abu Muhammad al Madani (ral)

38. Sayyid Sharafuddin ad Daghistani (ral)

39. Sheik Abdullah Faiz ad Daghistani (ral)

40. Sheikh Muhammad Nazim Adil al Haqqani al Qubrusi (qsa)





SUMBER : http://www.sheiknazim.com/portal-bin/content/view/98/41/
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

TAKING BAYYATH THROUGH THE WEBSITE




We the administrators of www.sheiknazim.com visited Moulana Sheikh Nazim in Lefke, Cyprus in February - March 2006. We told Moulana Sheikh Nazim that many people were asking us as to how they could take bayyath from Moulana Sheikh Nazim as they did not have Naqshabandi Centers in their country or that they were residing very far away from the Naqshabandi Centers and as such it was very difficult for them to take bayyath and enter the Most Distinguished Naqshabandi Tariqat. We asked Moulana Sheikh Nazim for an alternative method through which these people could take Bayyath. Moulana Sheikh Nazim gave very good tidings by giving a method of taking bayyath through this website, www.sheiknazim.com itself. This method is as given below.



We thank Allah Almighty and Moulana Sheikh Nazim for these great good tidings which would enable people all over the world to connect up with Moulana Sheikh Nazim and the Naqshabandi Tariqat and to become Mureeds of Moulana Sheikh Nazim. May Allah Almighty bless our Great Sultan ul Awliya Moulana Sheikh Nazim for giving us this easy way. This method of Bayyath is given without any conditions and everyone may use it.


This method was given by Moulana Sheik Nazim on the 12th day of March 2006 at Moulana Sheikh Nazims House at about 2:30 pm after zuhar and Sohbet. It has to be done in the following manner.






THE METHOD



Look at the picture given above ( Moulana was specific about this particular photograph ) and raise your right hand and say ?Assalamu alaikum Ya Sultan al Awliya Maulana Sheik Nazim al Haqqani I put my hand in your hand and ask from you Bayyath to become your mureed and to follow the Tariqat un Naqshabandiyatil Aliyya.?



You may also say "Allahu Allahu Allahu Haqq" - 3 times



You may also recite Fathiha on Prophet Muhammad (sal), Shah Bahaudeen Naqshaband (ral), Sultan ul Awliya Grandsheikh Abdullah Faiz Dagistani and on Moulana Sheikh Nazim al Haqqani.

SUMBER : http://www.sheiknazim.com/portal-bin/content/view/291/138/
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Wejangan Kanjeng Sunan Kalijogo

Wejangan Kanjeng Sunan Kalijogo marang Kyai Ageng Bayat Semarang (Sekar Macapat – kanthi Tembang Dandang Gulo).

Urip iku neng ndonya tan lami.
Umpamane jebeng menyang pasar.
Tan langgeng neng pasar bae.
Tan wurung nuli mantuk.
Mring wismane sangkane uni.
Ing mengko aja samar.
Sangkan paranipun.
Ing mengko podo weruha.
Yen asale sangkan paran duk ing nguni.
Aja nganti kesasar.


Yen kongsiho sasar jeroning pati.
Dadya tiwas uripe kesasar.
Tanpa pencokan sukmane.
Separan-paran nglangut.
Kadya mega katut ing angin.
Wekasan dadi udan.
Mulih marang banyu.
Dadi bali muting wadag.
Ing wajibe sukma tan kena ing pati
Langgeng donya akherat.

sumber : http://artikel-sufi.blogspot.com/2007/09/wejangan-kanjeng-sunan-kalijogo.html
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

PROFIL SYEIKH MUHAMMAD HISYAM KABBANI AR RABBANI




Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani adalah seorang ulama dan Syaikh Sufi yang berasal dari Timur Tengah. Beliau adalah lulusan American University di Beirut dalam bidang Kimia. Dari sana beliau pergi ke Belgia untuk meneruskan kuliah kedokterannya di Louvain. Beliau menerima gelar di bidang Hukum Islam dari Damaskus. Sejak masa kanak-kanak, beliau telah menemani Syaikh ‘Abdullah ad-Daghestani Ø dan Syaikh Muhammad Nazhim al-Haqqani, grandsyaikh dari Thariqat Naqsybandi yang paling mulia di masa ini. Beliau banyak melakukan perjalanan ke segala penjuru di Timur Tengah, Eropa, dan Timur Jauh untuk menemani Syaikhnya. Pada tahun 1991 beliau diperintahkan oleh Syaikhnya untuk pindah ke Amerika dan mendirikan Yayasan bagi Thariqat Naqsybandi di sana. Sejak saat itu, beliau telah membuka 13 Pusat Sufi di Kanada dan Amerika Serikat. Beliau telah mengajar di sejumlah universitas, seperti: the University of Chicago, Columbia University, Howard, Berkeley, McGill, Concordia, dan Dawson College, demikian pula dengan sejumlah pusat keagamaan dan spiritual di seluruh Amerika Utara, Eropa, Timur Jauh dan Timur Tengah.

Misi dari Syaikh Hisyam Kabbani Ø di Amerika adalah untuk menyebarkan ajaran Sufi dalam lingkup persaudaraan ummat manusia dan kesatuan dalam kepercayaan kepada Tuhan yang terdapat dalam semua agama dan jalur spiritual. Usahanya diarahkan untuk membawa spektrum keagamaan dan jalur-jalur spiritual yang beragam ke dalam keharmonisan dan kerukunan, dalam rangka pengenalan akan kewajiban ummat manusia sebagai kalifah di planet yang rentan ini dan satu sama lainnya. Sebagai seorang Syaikh Sufi, Syaikh Hisyam Ø telah diberi wewenang dan diperbolehkan untuk membimbing para pengikutnya menuju Cinta Ilahi dan menuju maqam spiritual yang telah digariskan oleh Sang Pencipta. Latihan spiritual yang berat yang telah ditempuhnya selama 40 tahun di bawah pengawasan Grandsyaikh dan Syaikhnya, telah menganugerahi nya kecakapan yang tinggi mencakup kebijaksanaan, cahaya, kecerdasan, dan daya tarik yang diperlukan oleh seorang Guru Sufi sejati. Misi Syaikh Hisyam Ø yang jauh melampaui target di Amerika adalah kontribusinya yang unik terhadap usaha ummat manusia dalam mencapai takdir tertingginya, yaitu kedekatan dengan Tuhannya. Usaha beliau untuk membawa kesatuan hati dalam gerakannya menuju Inti Ilahi barangkali yang merupakan warisan terbesarnya kepada Barat.


Mengenai Haqqani Foundation


Misi dari Haqqani Foundation di Amerika adalah untuk menyebarkan ajaran Sufi dalam lingkup persaudaraan ummat manusia dan kesatuan dalam kepercayaan kepada Tuhan yang terdapat dalam semua agama dan jalur spiritual. Usahanya diarahkan untuk membawa spektrum keagamaan dan jalur-jalur spiritual yang beragam ke dalam keharmonisan dan kerukunan, dalam rangka pengenalan akan kewajiban ummat manusia sebagai kalifah di planet yang rentan ini dan satu sama lainnya. Jabatan direktur di Haqqani Foundation adalah posisi yang ditetapkan oleh Grandsyaikh dari Thariqat Sufi Naqsybandi-Haqqani, Maulana Syaikh Muhammad Nazhim al-Haqqani Ø. Beliau telah menunjuk wakilnya (kalifah), Syaikh Hisyam Kabbani Ø, seorang Syaikh Sufi yang telah diberi wewenang dan izin untuk membimbing para pengikutnya menuju Cinta Ilahi dan menuju maqam spiritual mereka. Praktek-praktek keagamaan dan spiritual yang berat dan sukar yang telah dijalani oleh Syaikh Kabbani Ø telah menganugerahinya kecakapan yang diperlukan bagi seorang pemandu di jalannya. Hubungan yang istimewa dengan begitu banyak orang Barat yang beliau temui atau beliau beri nasihat dan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari, adalah berkat pendidikannya yang panjang di lembaga-lembaga Barat, dan didukung kemampuan berbahasa yang baik sekali dalam bahasa Inggris, Perancis, Turki dan Arab, dan pengetahuannya yang mendalam mengenai psikologi dan ilmu spiritual.





Mengenai Yayasan Haqqani Indonesia


Secara kejama`ahan, masyarakat Naqsybandi Haqqani Indonesia secara resmi mulai tergelar kebersamaannya sejak ditunjuknya Bapak KH. Mustafa Mas’ud sebagai perwakilan pertama dari As-Sayyid Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani an-Naqsybandi k untuk Indonesia pada tanggal 5 April 1997. Penunjukan dan Bay’at sebagai representatif dilaksanakan melalui As-Sayyid Maulana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani k pada kunjungan perdana beliau di Jakarta pada saat itu. Kedatangan tersebut bermula dari pertemuan beliau dengan beberapa orang Indonesia yang tinggal di California, di mana mereka secara konstan mengikuti ritual Sohbet Naqsybbandi Haqqani di USA, Shalat Jumat, Dzikir Khatam Kwajagan, dan lain sebagainya, di Masjid Mountain View, CA sebagai salah satu Masjid Utama Jama’ah Naqsybandi al-Haqqani Amerika. Pada akhirnya Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani k selaku Khalifah Syaikh Nazhim k di USA bertemu dengan para Muslim Indonesia, termasuk seorang mahasiswa bernama M. Hadid Subki yang sedang berada di San Jose, CA. Selanjutnya beliau mengutarakan maksudnya untuk membuka hubungan ke Indonesia atas nama Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani an-Naqsybandi k. Persiapan yang dilaksanakan di Jakarta membawa saudara Farid Bubbi Djamirin bertemu dengan K.H. Mustafa Mas’ud. Pada dua kunjungan berikutnya Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani k mentasbihkan empat Ulama lainnya sebagai wakil dari Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani an-Naqsybandi k yang tersebar di Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Tengah. Mereka adalah :




Kyai Haji Taufiqqurahman al-Subky (Wonopringgo, Pekalongan, Jawa Tengah)

Al-Habib Luthfi bin Yahya (Pekalongan, Jawa Tengah)

Kyai Haji Qari Ahmad Syahid (Nagrek, Jawa Barat)

Al-Ustadz Haji Wahfiudin, MBA (Jakarta)



Sebagai negara yang mempunyai penduduk mayoritas Muslim, tentunya istilah ’thariqat’ sudah tidak asing lagi di Indonesia, terutama bagi pengikutnya dan para cendikiawan yang mempunyai pengetahuan dan perhatian khusus mengenai hal ini.Meskipun kegiatan sudah berjalan sejak tahun 1997, secara hukum Yayasan Haqqani Indonesia baru diresmikan pada akhir tahun 2000. Para pengurus Haqqani Fondation sebagian adalah jema’ah Thariqat Naqsybandi Haqqani, tanpa tertutup untuk ummat Muslim yang tidak mengikuti thariqat untuk turut berpartisipasi. Yayasan Haqqani Indonesia merupakan cabang Haqqani Foundation yang tersebar di beberapa negara, sehingga pada prinsipnya mempunyai pola dasar keorganisasian yang tidak berbeda dengan Yayasan Haqqani lainnya. Sampai saat ini sudah tersebar beberapa cabang Haqqani Foundation di beberapa negara, misalanya: Italia, Belanda, Jerman, Amerika, Malaysia, Perancis, dan Indonesia. Dalam bentuk kelembagaannya, Yayasan Haqqani diharapkan mampu memiliki peran yang strategis dan berkesinambungan dalam melaksanakan syi’ar Islam kepada sesama ummat penghuni bumi.

sumber : http://jalansufi.multiply.com/journal/item/143/
PROFIL_SYEIKH_MUHAMMAD_HISYAM_KABBANI_AR_RABBANI
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini

Syeikh Muhammad Abdul Malik bin Muhammad Ilyas




Di Karsidenan Banyumas ada seorang ulama dan waliyullah, dia dinggap sebagai Sesepuhnya. Beliau adalah Syaikh Abdul Malik yang dikenal sebagai ulama yang berbudi luhur, sikap lemah lembut terhadap siapa pun.

Syaikh Abdul Malik semasa hidupnya memegang dua thariqah besar (sebagai mursyid) yaitu: Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dan Thariqah Asy-Syadziliyah. Sanad thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah telah ia peroleh secara langsung dari ayah beliau yakni Syaikh Muhammad Ilyas, sedangkan sanad Thariqah Asy-Sadziliyah diperolehnya dari As-Sayyid Ahmad An-Nahrawi Al-Makki (Mekkah).

Dalam hidupnya, Syaikh Abdul Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu membaca Al-Qur’an dan Shalawat. Beliau tak kurang membaca shalwat sebanyak 16.000 kali dalam setiap harinya dan sekali menghatamkan Al-Qur’an. Adapun shalawat yang diamalkan adalah shalawat Nabi Khidir AS atau lebih sering disebut shalawat rahmat, yakni “Shallallah ‘ala Muhammad.” Dan itu adalah shalawat yang sering beliau ijazahkan kepada para tamu dan murid beliau. Adapun shalawat-shalawat yang lain, seperti shalawat Al-Fatih, Al-Anwar dan lain-lain.

Beliau juga dikenal sebagai ulama yang mempunyai kepribadian yang sabar, zuhud, tawadhu dan sifat-sifat kemuliaan yang menunjukan ketinggian dari akhlaq yang melekat pada diri beliau. Sehingga amat wajarlah bila masyarakat Banyumas dan sekitarnya sangat mencintai dan menghormatinya.

Beliau disamping dikenal memiliki hubungan yang baik dengan para ulama besar umumnya, Syaikh Abdul Malik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ulama dan habaib yang dianggap oleh banyak orang telah mencapai derajat waliyullah, seperti Habib Soleh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul, Jember), Habib Ahmad Bilfaqih (Yogyakarta), Habib Husein bin Hadi Al-Hamid (Brani, Probolinggo), KH Hasan Mangli (Magelang), Habib Hamid bin Yahya (Sokaraja, Banyumas) dan lain-lain.

Diceritakan, saat Habib Soleh Tanggul pergi ke Pekalongan untuk menghadiri sebuah haul. Selesai acara haul, Habib Soleh berkata kepada para jamaah,”Apakah kalian tahu, siapakah gerangan orang yang akan datang kemari? Dia adalah salah seorang pembesar kaum ‘arifin di tanah Jawa.” Tidak lama kemudian datanglah Syaik Abdul Malik dan jamaah pun terkejut melihatnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Habib Husein bin Hadi Al-Hamid (Brani, Kraksaan, Probolinggo) bahwa ketika Syaikh Abdul Malik berkunjung ke rumahnya bersama rombongan, Habib Husein berkata, ”Aku harus di pintu karena aku mau menyambut salah satu pembesar Wali Allah.”

Asy-Syaikh Abdul Malik lahir di Kedung Paruk, Purwokerto, pada hari Jum’at 3 Rajab 1294 H (1881). Nama kecilnya adalah Muhammad Ash’ad sedang nama Abdul Malik diperoleh dari ayahnya, KH Muhammad Ilyas ketika ia menunaikan ibadah haji bersamanya. Sejak kecil Asy-Syaikh Abdul Malik telah memperoleh pengasuhan dan pendidikan secara langsung dari kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya yang ada di Sokaraja, Banyumas terutama dengan KH Muhammad Affandi.

Setelah belajar Al-Qur’an dengan ayahnya, Asy-Syaikh kemudian mendalami kembali Al-Qur’an kepada KH Abu Bakar bin H Yahya Ngasinan (Kebasen, Banyumas). Pada tahun 1312 H, ketika Syaikh Abdul Malik sudah menginjak usia dewasa, oleh sang ayah, ia dikirim ke Mekkah untuk menimba ilmu agama. Di sana ia mempelajari berbagai disiplin ilmu agama diantaranya ilmu Al-Qur’an, tafsir, Ulumul Qur’an, Hadits, Fiqh, Tasawuf dan lain-lain. Asy-Syaikh belajar di Tanah suci dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih selama limabelas tahun.

Dalam ilmu Al-Qur’an, khususnya ilmu Tafsir dan Ulumul Qur’an, ia berguru kepada Sayid Umar Asy-Syatha’ dan Sayid Muhammad Syatha’ (putra penulis kitab I’anatuth Thalibin hasyiyah Fathul Mu’in). Dalam ilmu hadits, ia berguru Sayid Tha bin Yahya Al-Magribi (ulama Hadramaut yang tinggal di Mekkah), Sayid Alwi bin Shalih bin Aqil bin Yahya, Sayid Muhsin Al-Musawwa, Asy-Syaikh Muhammad Mahfudz bin Abdullah At-Tirmisi. Dalam bidang ilmu syariah dan thariqah alawiyah ia berguru pada Habib Ahmad Fad’aq, Habib Aththas Abu Bakar Al-Attas, Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya), Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas (Bogor), Kyai Soleh Darat (Semarang).

Sementara itu, guru-gurunya di Madinah adalah Sayid Ahmad bin Muhammad Amin Ridwan, Sayid Abbas bin Muhammad Amin Raidwan, Sayid Abbas Al Maliki Al-Hasani (kakek Sayid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al-Hasani), Sayid Ahmad An-Nahrawi Al Makki, Sayid Ali Ridha.

Setelah sekian tahun menimba ilmu di Tanah Suci, sekitar tahun 1327 H, Asy-Syaikh Abdul Malik pulang ke kampung halaman untuk berkhidmat kepada keduaorang tuanya yang saat itu sudah sepuh (berusia lanjut). Kemudian pada tahun 1333 H, sang ayah, Asy Syaikh Muhammad Ilyas berpulang ke Rahmatullah.

Sesudah sang ayah wafat, Asy-Syaikh Abdul Malik kemudian mengembara ke berbagai daerah di Pulau Jawa guna menambah wawasan dan pengetahuan dengan berjalan kaki. Ia pulang ke rumah tepat pada hari ke- 100 dari hari wafat sang ayah, dan saat itu umur Asy Syaikh berusia tiga puluh tahun.

Sepulang dari pengembaraan, Asy-Syaikh tidak tinggal lagi di Sokaraja, tetapi menetap di Kedung Paruk bersama ibundanya, Nyai Zainab. Perlu diketahui, Asy-Syaikh Abdul Malik sering sekali membawa jemaah haji Indonesia asal Banyumas dengan menjadi pembimbing dan syaikh. Mereka bekerjasama dengan Asy-Syaikh Mathar Mekkah, dan aktivitas itu dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama.

Sehingga wajarlah kalau selama menetap di Mekkah, ia memperdalam lagi ilmu-ilmu agama dengan para ulama dan syaikh yang ada di sana. Berkat keluasan dan kedalaman ilmunya, Syaikh Abdul Malik pernah memperoleh dua anugrah yakni pernah diangkat menjadi Wakil Mufti Madzab Syafi’i di Mekkah dan juga diberi kesempatan untuk mengajar. Pemerintah Saudi sendiri sempat memberikan hadiah berupa sebuah rumah tinggal yang terletak di sekitar Masjidil Haram atau tepatnya di dekat Jabal Qubes. Anugrah yang sangat agung ini diberikan oleh Pemerintah Saudi hanya kepada para ulama yang telah memperoleh gelar Al-‘Allamah.

Syaikh Ma’shum (Lasem, Rembang) setiap berkunjung ke Purwokerto, seringkali menyempatkan diri singgah di rumah Asy-Syaikh Abdul Malik dan mengaji kitab Ibnu Aqil Syarah Alfiyah Ibnu Malik secara tabarrukan (meminta barakah) kepada Asy-Syaikh Abdul Malik. Demikian pula dengan Mbah Dimyathi (Comal, Pemalang), KH Khalil (Sirampog, Brebes), KH Anshori (Linggapura, Brebes), KH Nuh (Pageraji, Banyumas) yang merupakan kiai-kiai yang hafal Al-Qur’an, mereka kerap sekali belajar ilmu Al-Qur’an kepada Syaikh Abdul Malik.

Kehidupan Syaikh Abdul Malik sangat sederhana, di samping itu ia juga sangat santun dan ramah kepada siapa saja. Beliau juga gemar sekali melakukan silaturrahiem kepada murid-muridnya yang miskin. Baik mereka yang tinggal di Kedung Paruk maupun di desa-desa sekitarnya seperti Ledug, Pliken, Sokaraja, dukuhwaluh, Bojong dan lain-lain.

Hampir setiap hari Selasa pagi, dengan kendaraan sepeda, naik becak atau dokar, Syaikh Abdul Malik mengunjungi murid-muridnya untuk membagi-bagikan beras, uang dan terkadang pakaian sambil mengingatkan kepada mereka untuk datang pada acara pengajian Selasanan (Forum silaturrahiem para pengikut Thariqah An-Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah Kedung paruk yang diadakan setiap hari Selasa dan diisi dengan pengajian dan tawajjuhan).

Murid-murid dari Syaikh Abdul Malik diantaranya KH Abdul Qadir, Kiai Sa’id, KH Muhammad Ilyas Noor (mursyid Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah sekarang), KH Sahlan (Pekalongan), Drs Ali Abu Bakar Bashalah (Yogyakarta), KH Hisyam Zaini (Jakarta), Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan), KH Ma’shum (Purwokerto) dan lain-lain.

Sebagaimana diungkapkan oleh murid beliau, yakni Habib Luthfi bin Yahya, Syaikh Abdul Malik tidak pernah menulis satu karya pun. “Karya-karya Al-Alamah Syaikh Abdul Malik adalah karya-karya yang dapat berjalan, yakni murid-murid beliau, baik dari kalangan kyai, ulama maupun shalihin.”

Diantara warisan beliau yang sampai sekarang masih menjadi amalan yang dibaca bagi para pengikut thariqah adalah buku kumpulan shalawat yang beliau himpun sendiri, yaitu Al-Miftah al-Maqashid li-ahli at-Tauhid fi ash-Shalah ‘ala babillah al-Hamid al-majid Sayyidina Muhammad al-Fatih li-jami’i asy-Syada’id.”

Shalawat ini diperolehnya di Madinah dari Sayyid Ahmad bin Muhammad Ridhwani Al-Madani. Konon, shalawat ini memiliki manfaat yang sangat banyak, diantaranya bila dibaca, maka pahalanya sama seperti membaca kitab Dala’ilu al-Khairat sebanyak seratus sepuluh kali, dapat digunakan untuk menolak bencana dan dijauhkan dari siksa neraka.

Syaikh Abdul Malik wafat pada hari Kamis, 2 Jumadil Akhir 1400 H (17 April 1980) dan dimakamkan keesokan harinya lepas shalat Ashar di belakang masjid Baha’ul Haq wa Dhiya’uddin, Kedung Paruk Purwokerto.

Disarikan dari Buku Biografi Syeikh Muhammad Abdul Malik bin Muhammad Ilyas, karya Sayid Muhdor, AST/Ft.AST

sumber :http://ajisetiawan1.blogspot.com/2007_09_01_archive.html
Read more >>>>
Al Fatiha

Print Halaman Ini





*****Manunggaling Kawula Klawan Gusti*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar